(ref: sxc.hu)
Misal: kenikmatan bisa bangun sebelum adzan Subuh berkumandang, terus ke masjid untuk shalat jamaah. Lalu dilanjutkan dengan mengaji sampai matahari terbit lalu shalat 2 rakaat. Berikutnya bisa berolah raga.
Namun kebanyakan justru setelah shalat Subuh jamaah (masih bagus masih jamaah), tidak sampai dzikir lama sudah keluar masjid. Terburu-buru bersiap ke ke rumah untuk mempersiapkan pergi ke kantor. Berangkat ke kantor pagi-pagi.
Ini bukan kenikmatan dunia.
Atau kenikmatan lain bisa saya lihat saat berangkat ke kantor melihat sekeliling masjid Al Akbar, banyak orang berolah raga. Lha, kita sibuk bekerja mereka masih berolah raga. Atau saya pernah kembali ke rumah pukul 11 siang, lewat lapangan tenis perumahan sebelah masih banyak orang bermain tenis.
Apakah mereka sudah bebas mengatur waktunya? Atau inikah yang dinamakan sebagai ‘financial freedom’ itu?
Tapi bagi saya tidak sekedar ‘financial freedom’, tapi waktunya benar-benar mengumpulkan bekal untuk kehidupan kelak. Karena kalau direnungi, berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk mencari bekal akhirat dari 24 jam sehari semalam? Padahal kehidupan akhirat adalah kekal… Dan kita masih disibukkan oleh dunia. Bahkan dibebani oleh dunia.
Jadi ini sebagian kenikmatan dunia menurut saya. Yakni bisa benar-benar menikmati umur/usia untuk mencari bekal akhirat.
Bagaimana menurut Anda?
Wow.. Tapi tak berarti yang jadi pengusaha dapat kenikmatan hidup lho.. Banyak pengusaha yang malah stress.