Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling mulia yang pernah ada di muka bumi ini. Diberi banyak mukjizat dulu dan sampai sekarang masih bisa kita rasakan. Tidak seperti nabi lain yang mukjizatnya hanya dirasakan umatnya saat itu saja.
Meski begitu, Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang manusia. Sama dengan kita. Yang membedakan kita dan beliau, bahwa Nabi Muhammad SAW diberi wahyu.
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”” QS 18:110
Maka tak perlu kita menjadikan beliau sebagai ‘tuhan’ dan menyembahnya. Apalagi kuburannya.
Namun kadang masih ada beberapa kegiatan yang dilakukan umat Islam yang dapat menjerumuskannya kepada kesyirikan. Yang melebihkan dan menganggap beliau sebagai ‘tuhan’ tanpa sadar.
Apa saja kegiatan-kegiatan tersebut? Bagaimana upaya Rasulullah mencegah hal demikian? Apa yang harus kita lakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang mengarah ‘penyembahan’ terhadap Nabi Muhammad SAW?
Mari kita simak penjelasan lebih detil yang mudah dimengerti dengan penjelasan model tanya-jawab oleh Ustadz Drs NADJIH IHSAN, pakar kajian tauhid dan pimpinan Majelis Tabligh Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur. Juga bahasan lainnya dari buku “Jalan Golongan yang Selamat” karangan Syaikh Muhammad Bin Jamil Zaini di sini.
https://youtu.be/j0Vik7hjfQY
Ini memang penting. Terima kasih ilmunya Ustadz.