Ibu saya lahir di Probolinggo. Dari Surabaya sekitar 100 km ke timur. Sebuah kota yang kalau di teori Anthroplogi masuk budaya Madura Pancalukan. Maka bahasa pergaulan di sana adalah bahasa Madura. Meski Probolinggo ya cukup jauh dari pulau Madura.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Kalau libur sekolah Ibu akan mengajak kami, saya dan adik, ke Probolinggo. Di sana selain orang tua Ibu, masih tinggal kedua saudaranya. Memang Ibu sejak menikah diajak Ayah ke Surabaya.
Halaman rumah kakek cukup luas. Di depannya ada pohon Jambu air yang besar. Juga pohon Mangga dan lainnya. Maka halamannya selalu kotor dengan daun-daun kering yang berjatuhan.
Maka di sore, selepas Ashar, nenek akan menyapu halaman. Dikumpulkan di sebuah lubang. Lalu dibakar. Saya lihat para tetangga melakukan demikian juga.
Maka kenangan saya di sini. Karena saat seperti ini lagu-lagu India berkumandang. Di rumah kakek sebenarnya tak terdengar lagu itu. Namun suara dari tetangga yang cukup keras sampai keluar rumahnya. Lagu-lagu India inilah yang mengisi kenangan saya saat kecil itu.
Sekarang saat dewasa saat ada internet, saya baru menyadari lagu-lagu dangdut zaman itu banyak diinspirasi lagu India. Seperti lagu “Kabhi Kabhie Mere Dil Mein” https://www.youtube.com/watch?v=-W2dagktUp0. Lagu yang sepertinya sangat menancap di otak saya.
Ternyata ada sadurannya “Khayalan Masa Lalu” oleh Ida Laila, https://www.youtube.com/watch?v=S4IG-StplQI. Rasanya lagu ini juga hits saat itu.
Sedangkan di Surabaya tidak begitu populer lagu India. Kalau lagu dangdut mungkin iya. Maka kalau saya dengar lagu India seperti beberapa hari ini saya banyak nonton film India, kenangan saya kembali ke Probolinggo.
Teringat pada kakek dan nenek. Juga saudara sepupu saat masih kanak-kanak. Sebuah kenangan indah. Kebahagiaan masa kecil.
Ah, kalau begini saya jadi mewek.. Ihik-ihik.
~~~
*Mochamad Yusuf dapat ditemui di http://www.enerlife.id.
Eh, lagu India entah ceritanya sedih atau patah hati, nadanya riang. Enak buat joget. Hehehe.