Beberapa hari lalu saya pernah bercerita di sini, bahwa saya hampir saja kena penipuan. Memang bukan langsung saya, tapi Ibu saya. Dia ditelpon seseorang yang awalnya menangis, lalu setelah direspon ada orang dewasa yang mengangkat telpon. Tadi pagi juga demikian. Kali ini langsung menimpa saya, meski bukan HP saya.
Pagi-pagi buta, sekitar pk 2-an, HP istri bergetar. HP istri ternyata di’silent’. Lama dibiarkan bergetar.. Berkali-kali. Karena saya khawatir ada panggilan darurat, akhirnya saya angkat.
Terdengar suara tangisan. Suaranya seperti pemuda. Saat seperti ini, saya teringat kasus penipuan beberapa hari lalu itu. Saya tenang, saya hanya bicara ‘halo’. Pemuda tadi sepertinya mancing. Tapi saya diam. Saya baru respon saat dia bilang ‘halo.’
Lalu telpon diangkat seseorang yang lebih tua. Dia bilang sersan siapa begitu (bisa ditebak modusnya, kok nggak kreatif sih bikin modus lain). Dia tanya nama saya. Saya jawab, lha yang telpon sana kok tanya nama saya. Dia mendesak nama saya. Seperti saat berkomunikasi dengan pemuda sebelumnya, saya hanya diam. Saya hanya respon kalau dia bilang ‘halo.’
Sersan ini bilang anak saya kena narkoba. Saya tahu ini penipuan, maka saya dingin menanggapinya. Saya ingin memperlama percakapan dengan mereka agar pulsa mereka habis. Hehehe. Mumpung jengkel karena dibangunkan pagi buta (padahal tidurnya tengah malam karena ada kerja bakti pemasangan lampu di kampung). Siapa anak saya itu, tanya saya. Dia mengelak. Kalau begini saya diam.
Dia tanya apakah saya punya anak diluar kota? Saya bilang banyak. Ya, ini anak Bapak, jawabnya. Saya bilang siapa, kan Bapak tadi tanya anak saya banyak. Dia mengelak. Kalau kepepet, telpon akan diberikan ke pemuda yang menangis itu. Dan lagi-lagi saya diam. Terus telpon kembali ke sersan tadi.
Akhirnya dia bilang, anak Bapak akan dibawa ke polsek. Saya bilang terserah anaknya. Coba tanya dia. Dia mungkin jengkel, saya ladeni tapi nggak mengikuti kemauannnya.
Terakhir dia bilang, akan saya serahkan ke pimpinannya. Lalu telpon beralih ke orang lain. Saya lupa dia mengenalkan dengan pangkat apa. Perkataannya sama, yakni akan dibawa ke polsek. Saya bilang monggo terserah anaknya. Dan dia memaksa lagi nama dan nama anak saya. Mungkin sudah sekitar 20 menit lebih percakapan ini, akhirnya mereka menyerah. Dan menutup telpon.
Hehehe… Lagi-lagi penipuan berkedok anak kena narkoba.
Saya heran mengapa mereka melakukan hal begini. Jelas bagi orang normal ini sudah tidak wajar alias tidak mungkin. Misal: menanyakan nama saya, lha normalnya kan bisa tanya anaknya. Atau siapa nama anak saya, lha kan juga bisa tanya anaknya langsung.
Saya tebak ini untuk memanfaatkan orang yang belum penuh otaknya saat dibangunkan di pagi buta. Sehingga nggak bisa berpikir logis, sehingga panik. Anehnya meski ini kelihatan tidak normal, banyak juga yang tertipu. Bahkan sampai kena belasan juta rupiah.
Saat mendiskusikan hal ini dengan Ibu saya tentang kasus seperti ini beberapa hari lalu, beliau menanyakan apa nggak bisa dilaporkan ke polisi. Saya jawab, bisa sih. Tapi entah apa ada tindak lanjutnya.
Secara logika harusnya bisa menangkap mereka. Yakni dengan melihat aktivitas nomor yang dilaporkan di server operator. Lalu dilacak dengan scanner gelombang di daerah yang ducurigai. Tapi saya pikir alatnya mahal sehingga tidak semua polsek punya. Sehingga tidak semua laporan seperti ini ditanggapi.
Apa betul tengara saya ini? Bagaimana menurut Anda?
Ngeri memang… Tapi sepertinya belum penjadi perhatian serius bagi pihak yang berwenang.