Paginya desanya gempar. Ternyata orang-orang tahu dia bersedekah cukup besar. Tapi ternyata wanita itu adalah pelacur. Orang-orang desa heran kenapa harus sedekah pada pelacur? Bukannya masih banyak yang bisa disedekahi.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Suatu ketika saat makan bersama dengan seorang teman, tiba-tiba saya menyadari adanya seorang gadis di dekat pintu warung tersebut. Dia berdiri sambil memegang sebuah kardus kecil. Diatasnya ada lubang kecil seperti lubang di celengan atau kotak amal. Dan di depannya tertempel sebuah kertas yang mengajak infaq pada mereka. Sebuah lembaga yatim piatu yang jauh di sana. Sebuah kota di luar propinsi.
Saya yang tidak tega melihatnya berdiri terus-menerus seperti itu, menghampiri dan memasukkan uang pada lubang celengan itu. Dia mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Saat saya kembali ke tempat duduk semula, teman saya menyemprot, “Ngapain Suf kamu infaq ke situ. Tahu nggak mereka itu mafia. Saya baca beritanya di koran.” Ya, saya juga membacanya di edisi beberapa hari sebelumnya.
“Dia diorganisir seseorang untuk mencari sedekah. Dan uang itu tidak diberikan semua kepada lembaganya. Lembaganya hanya dicatut. Mereka tidak ada hubungannya dengan lembaga itu. Tapi lembaga itu mau-mau saja diberi sumbangan, toh juga nggak keluar uang,” katanya. “Tapi ini nggak benar.”
“Tapi apakah dia itu termasuk mafia yang dimaksud koran itu?” tanya saya.
“Tidak tahu. Tapi mirip operandinya,” jawabnya. Betul. Seperti itu operandinya. Kadang berdiri dekat ATM dan membagi-bagikan amplop. Tapi yang jelas wanita itu belum tentu mafia itu. Bisa saja dia memang mencari dana untuk lembaganya.
Kalau kita tahu dia memang mafia, harusnya memang tidak melakukannya. Masih ada orang lain yang bisa disumbang. Tapi yang terpenting itu semua, adalah niatnya. Kita tidak mungkin meneliti kebenaran apakah dia memang layak diberi atau tidak, benar atau tidak niatnya, mafia atau tidak dan lainnya.
Saya jadi teringat sebuah cerita.
Dahulu kala ada seorang penjahat yang bertobat. Katakanlah si Fulan bin Fulan. Maka mulailah dia mencari rezeki secara halal. Allah menerima tobatnya, sehingga bisnisnya lancar dan menjadi semakin kaya.
Dengan kekayaan ini, dia mulai bersedakah. Suatu ketika dia mendapat rezeki banyak, dan dia bermaksud disedekahkan. Maka suatu malam dia mencari sebuah rumah di daerah kumuh. Diketuknya pintunya dan keluar seorang wanita. Dia langsung memberikan sedekahnya pada wanita itu.
Paginya desanya gempar. Ternyata orang-orang tahu dia bersedekah cukup besar. Tapi ternyata wanita itu adalah pelacur. Orang-orang desa heran kenapa harus sedekah pada pelacur? Bukannya masih banyak yang bisa disedekahi.
Berikutnya saat mendapat rezeki banyak, dia ingin bersedekah banyak lagi. Suatu malam dia berangkat ke pasar. Kali ini dia tidak mau salah. Didatangi sebuah rumah, dan diberikan sedekahnya pada orang yang ada di rumah tersebut.
Ternyata paginya desanya gempar kembali. Ternyata dia salah sedekah lagi. Dia bersedekah pada orang kaya. Kenapa harus bersedekah pada orang kaya, tanya orang-orang desa dengan heran.
Lalu saat mendapat rezeki banyak lagi, dia ingin bersedekah kembali. Kali ini dia tidak mau salah lagi. Maka dia pergi ke pinggir desa. Di hutan. Malam itu dia melihat sebuah rumah reyot sendirian di tengah hutan. Maka dia mantab memberi sedekah pada penghuni rumah ini.
Tapi esoknya lagi-lagi gempar. Orang-orang desa tahu dia bersedekah banyak kembali. Tapi kok salah lagi sih, gerutu orang-orang. Pencuri kok diberi sedekah, tanya mereka.
Si Fulan mendengar perbincangan warga desanya. Dia bingung. Dia tidak tahu siapa yang disedekahi sebelumnya. Dia hanya berniat ikhlas saja. Sedekah demi Allah. Maka dia jadi ragu memberi sedekah banyak. Takut salah orang lagi.
Malamnya dia bermimpi. Dia didatangi seseorang yang bijak. Dikatakan bahwa sedekahnya sangat berkah. Dengan sedekahnya orang-orang itu berubah menjadi baik. Yang pelacur jadi bertobat saat diberi sedekah, sehingga dia menjadi wanita baik-baik. Demikian juga orang kaya yang sebelumnya pelit menjadi dermawan karena menerima sumbangan. Juga pencuri yang jadi bertobat gara-gara mendapat sedekah.
Jadi sebenarnya sedekah selamanya diniatkan ikhlas demi Allah pahalanya akan sampai. Aapapun orang itu. Tapi kalau kita tahu ada orang yang lebih prioritas untuk diberi, harusnya yang ini memang yang diberi dahulu. Atau kita tahu siapa yang diberi ini ternyata tidak baik, sedekahnya bisa diberikan ke yang lain. Lebih berhak.
Lalu saya katakan pada teman yang di warung itu, “Ya, mungkin sedekah saya bisa salah orang. Tapi semoga dengan sedekah itu dapat menghalangi wanita itu melakukan dosa lebih besar lagi. Misal karena memang tidak punya uang, dia mau menjadi pelacur. Lihat dia juga cukup cantik,” sambil kepala saya menunjuk lagi pada wanita tersebut. Teman saya mengangguk-angguk. Entah apa arti anggukan itu. Hehehe. [PUTA, 27/9/2013]
Kubah adalah Kuliah Bekal Hidup. Tulisan di serial Kubah ini mencoba mencari hikmah dari semua kejadian yang terjadi di alam dan kehidupan sehari-hari. Semoga dengan hikmah ini kita dapat hidup bahagia di dunia dan mulia di akhirat. Artikel lain bisa Anda baca di serial ‘Kuliah Bekal Hidup, http://www.enerlife.web.id/category/kubah/’ lainnya.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang ‘online communication’, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.
Betul, harusnya sedekah tanpa pilih-pilih. Tapi itu susah..
Ulasannya bagus pak. Perlu pendidikan karakter bagi orang orang tersebut.
http://rahmatulirfan.blogspot.de