Oleh: Mochamad Yusuf*
Saya senang bekerja di malam hari. Entah itu ‘ngoding’ (menulis script programming), membaca, menulis atau riset. Kenapa? Karena kalau bekerja di malam hari, saya bisa bekerja dengan tenang. Bukan, bukan karena itu! Bukan karena di malam hari tidak ada aktivitas, semua pada tidur, sehingga sunyi. Menjadi sunyi lalu tenang. Bukan.
Saya senang bekerja di malam hari, karena bisa lebih leluasa. Leluasa memutar musik. Tidak was-was dengan musik yang saya putar tidak satu selera dengan orang lain yang mendengarkan musik saya. Tidak canggung dengan orang lain, karena saya memutar sebuah lagu berulang-ulang kali (seperti lagu ‘Canon in D Major-nya Pachelbel’ yang saya putar sampai 5 kali saat menulis artikel ini, hehehe).
Saya memang suka musik. Sejak kelas 1 SMP, saya belajar sambil ditemani musik. Dulu karena tidak ada mp3, maka saya pakai ‘cassette player’. Bila sudah bosan dengan semua musik dari ‘cassette’ yang terbatas, maka saya putar radio. Mendengarkan radio berarti mendapatkan musik, juga mendengarkan suara penyiar atau telpon pendengar lain. Mendengar suara mereka seperti ada seseorang yang menemani saya di malam sunyi itu. Ada teman.
Intinya sebenarnya saya tidak mau sunyi. Tidak ingin sepi. Khususnya saat belajar/bekerja. Ternyata kebiasaan saya ada betulnya saat membaca sebuah tulisan Daily Mail di internet.
Menurut buku ‘The Healing Energies of Music’, yang telah dikutip oleh Daily Mail, musik menciptakan gairah dan semangat. Dengan musik mampu menjaga kita tetap fokus bekerja. Jadi kalau bekerja di malam hari dapat membuat ‘melek’ bekerja. Tidak mengantuk.
Jadi bila Anda mengalami masalah sulit berkonsentrasi, cobalah bekerja dengan ditemani dengan musik. Syukur-syukur dengan musik klasik. Menurut studi yang dilakukan Hal A. Lingerman, pengarang buku ini, bunyi musik dapat menyentuh bagian otak yang mengatur konsentrasi dan membuatnya lebih cepat bekerja.
Hal tersebut dapat terlihat jelas dari FMRI ‘(Functional Magnetic Resonance Imaging)’, yang membuktikan bahwa musik klasik dapat membuat otak berfungsi secara maksimal. Berbagai informasi dalam memori juga ditemukan tersimpan lebih rapi dan teratur di otak.
Penelitian lain juga menguatkan pernyataan ini. Studi yang dilakukan oleh Nobuo Masataka, Professor Kyoto University, menjelaskan bahwa musik klasik karya Mozart dapat memudahkan seseorang tambah cerdas. Pasalnya, senandung Mozart yang bergulir memiliki ketukan nada yang mampu meningkatkan performa otak.
Kata Nobuo Masataka, yang dikutip oleh Daily Mail itu, bekerja atau belajar sembari menikmati musik Mozart diklaim lebih efektif dibandingkan melakukannya di dalam ruangan yang sunyi. Alias tanpa bunyi dan suara sama sekali! Jadi dengan bekerja/belajar dengan musik klasik lebih efektif.
Maka bila Anda bekerja/belajar, cobalah sambil mendengarkan musik. Tapi jangan dengan musik keras dan cepat. Takutnya justru Anda malah tidak konsentrasi. Karena kaki dan tangan Anda ikutan goyang. Lha, kapan kerjanya kalau bergoyang terus? Hehehe. Dan jangan memutar musik keras-keras apalagi di kantor, karena bisa saja genre musik Anda berbeda dengan teman kantor. Yang bisa saja membuat mereka tidak efektif, karena selera musik yang berbeda. Hehehe.
Selamat bekerja sambil mendengarkan musik! [TSA, 8/5/2014 Tengah Malam]
~~~
Kerja 4 As adalah serial tulisan berkaitan dengan dunia kerja, problematika kantor dan solusinya, tip & trik serta ke-SDM-an (Sumber Daya Manusia). Anda bisa membaca artikel Kerja 4 As lainnya di: http://enerlife.web.id.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.