Bagaimana rasanya hidup nge-kost itu? Saya sendiri sampai sekarang tidak pernah nge-kost. Tapi saya membayangkan hidup nge-kost itu seperti tinggal sementara.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Ya, seperti tinggal di hotel (kalau seperti ini saya pernah mengalaminya). Meski rumah yang ditempati mewah dan penuh fasilitas, kita merasa bahwa tinggal hanya sementara. Dan merasa tidak memiliki.
Bahkan tinggal nge-kost yang lama, misal kuliah sekalipun, tetap merasa sementara. Dalam pikiran kita, nanti kita baru hidup dengan nyaman di rumah sendiri. Entah di rumah orang tua atau kelak setelah berumah tangga sendiri.
Demikian dalam hidup di dunia. Nabi Muhammad berkata, bahwa kita hidup di rumah yang bukan rumah sebenarnya. Tinggal di pelabuhan bukan pelabuhan sebenarnya. Tinggal di terminal bukan terminal sementara. Tinggal di istana bukan istana sebenarnya.
Kita hanya sekedar berhenti beristirahat. Untuk selanjutnya melakukan perjalanan menempuh ke rumah/terminal/pelabuhan/istana sebenarnya. Yang sebenarnya ini adalah akhirat.
Lalu mengapa kita merasa tinggal di dunia serasa tinggal selamanya di sini? Padahal kita hidup di dunia hanya nge-kost. Harusnya kita mempersiapkan bekal dan segala sesuatu nanti yang diperlukan saat sampai di tujuan.
Maka jadikan dunia serasa tempat nge-kost. Tempat sementara. Sehingga kita tidak terlena dan tenggelam dalam kesibukan dunia yang sementara ini.
Bagaimana menurut Anda?
~~~
*Mochamad Yusuf dapat ditemui di http://www.enerlife.id
Betul harusnya kita hidup di dunia hanya sekedar mencari bekal. Tapi godaan dunia itu luar biasa. Bisa menina bobokkan kita. Ihik-ihik.