Kali ini Ustadz Nadjih Ihsan, pakar Tauhid, mengangkat tema yang mungkin tidak mengenakkan. Ada sebagian dari kalangan umat Islam yang tanpa sadar masih menyembah berhala. Bukan secara fisik, tapi secara pikiran.
Seperti hikmah di Surat Al Kahfi ayat 21. “Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.”” Ini terkait kisah pemuda Ashabul Kahfi.
Harusnya yang dipikirkan penguasa adalah keajaiban pemuda yang dibangunkan setelah 309 tahun. Tapi mereka malah membangun masjid di atas gua. Bukan guanya yang membuat keajaiban, tapi Allah-lah yang membuat keajaiban. Jadi pikirannya sudah menjadikan gua sebagai sesuatu yang ajaib.
Ini yang harusnya kita berhati-hati. Bisa jadi para pemimpin, ulama, ustadz, kyai, mengajak syirik tanpa kita sadari. Kita hanya patuh secara taklid, tanpa menggunakan daya kritis. Akibatnya kita baru sadar saat di neraka. Ini yang bikin geram dan jengkel mereka, sehingga minta pada Allah agar para pemuka yang diikutinya dihukum lebih berat.
“Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.”” QS 33:67-68.
Lalu bagaimana agar kita tak terjerembab dalam kesyirikan pikiran? Bagaimana kita bisa memilih pemimpin yang harus kita ikuti? Bagaimana cara kita selamat dari berbagai ajakan yang tak benar?
Mari kita simak penjelasan lebih detil yang mudah dimengerti dengan penjelasan model tanya-jawab oleh Ustadz Drs NADJIH IHSAN, pakar tauhid dan pimpinan Majelis Tabligh Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur. Beliau menggunakan referensi dari buku “Jalan Golongan yang Selamat” karangan Syaikh Muhammad Bin Jamil Zaini. Juga sempat dibahas masalah ucapan selamat Natal.
Ya Allah, bisa jadi saya dan kita-kita ini mengidap hal ini. Astagfirullah!