Seringkali kita bertemu dengan orang-orang baru. Misal: di bandara saat menunggu masuk pesawat. Atau saat menunggu dokter di ruang tunggunya. Atau sebagai karyawan baru di kantin/ruang makan. Dan masih banyak kesempatan lain dimana kita bertemu dengan orang-orang baru.
Biasanya yang dilakukan adalah berdiam diri atau tiduran. Atau membaca kalau ada koran atau majalah. Atau menonton TV bila ada TVnya. Namun kadang kita tidak ingin melakukan itu semua. Untuk tiduran, tidak ngantuk. Untuk membaca, malas. Untuk menonton TV, acaranya tidak menarik. Dan lainnya.
Maka paling enak dibuat untuk mengobrol. Masalahnya tidak semua orang pandai berkomunikasi dan berani memulai percakapan dengan orang sekitar. Ini akan jadi momok khususnya bagi orang yang pemalu.
Lalu apa yang harus dilakukan?
- Menyapa dengan isu hangat.
Mulailah dengan kalimat yang menjadi perhatian Anda dan mereka. Sesuatu yang menjadi perhatian saat itu. Kalau tidak, bisa dimulai dengan topik-topik hangat yang dibahas oleh media massa.Saat di bandara, Anda bisa menanyakan apakah menuju kota tertentu, “Ke Jakarta ya, Pak?” Meski kelihatan konyol, wong di ruang tunggu sama pastinya juga memiliki tujuan yang sama, maka kalimat sapa itu bisa memecahkan kebekuan sehingga bisa dimulai percakapan. Atau kalimat, “Sakit apa, Pak?” di ruang tunggu dokter akan membuka percakapan. - Lakukan kontak mata
Leil Lowndes dalam bukunya “How to Instantly Connect With Anyone”, menyarankan untuk membuat kontak mata yang berkualitas, yakni lamanya tatapan. Karena kontak mata itu memiliki arti “ketertarikan, hormat, kejujuran, keterbukaan, kecerdasan dan kepercayaan diri.” Dengan melakukan kontak mata yang cukup lama akan membuat Anda benar-benar tersambung dengannya. Ini tidak akan bisa terjadi kalau kontak mata Anda hanya dilakukan selintas lalu.Untuk dapat melakukan kontak mata yang lama, Lowndes memiliki tips yakni dengan memperhatikan:- Bentuk mata lawan bicara Anda.
- Hitung berapa kali dia mengedip.
- Mengingat bentuk atau bentuk asimteri matanya.
Tentu saja melakukannya itu dengan batas kewajaran. Jangan sampai dia merasa aneh ditatap Anda sedemkian rupa.
- Hampir menyentuh
Gerakkan tangan Anda untuk menyentuh lawan bicara. Tapi saat hampir terkena, Anda berhenti. Jadi tidak benar-benar menyentuh. Menurut Lowndes, dengan melakukan gerakan hampir menyentuh ini menunjukkan adanya kenyamaan dan kesamaan minat antara Anda dan lawan bicara. - Menyamakan antuasias
Berikutnya adalah menyamakan antusiasmenya dengan dia. Dengan menyamakan antusiasmenya berarti menunjukkan persamaan ketertarikan dengan lawan bicara. Anda menunjukkan tertarik dan tidak bosan dengan lawan bicara. Ini memberikan rasa hormat padanya. Teknik ini berhasil bagi orang yang pertama kali Anda temui. - Ciptakan kesan menonjol
Lowndes memberikan tips manjur bagaimana setelah berpisah tetap terjalin persahabatan bahkan lebih dekat lagi kelak. Yakni dengan membuat impresi akhir yang mengesankan. Studi menunjukkan bahwa saat diminta mengingat sebuah pertemuan dengan seseorang, yang sering diingat adalah saat terakhir yakni sebelum berpisah daripada di tengah saat melakukan percakapan.Untuk mencipatakan impresi akhir yang mengesankan, Lowndes memberikan saran untuk tidak sekedar menyampaikan salam perpisahan, tapi mengucapkan satu kalimat perpisahan dengan diselipi namanya secara lengkap. Misal: “Senang bisa bertemu dengan Anda, Pak Bambang Kartaningrat. Semoga kita bisa bertemu kembali nanti.” Atau, “Pak Adi Sukadana, terima kasih untuk ngobrol-ngobrolnya. Sampai ketemu lagi, ya.” Katakan kata perpisahan ini dengan hangat, antusias dan energi yang kurang lebih setara atau lebih dengan saat Anda mengucapkan “halo” di pertama kali. *(my/20160623)