Di jalan Kandangan, depan sebuah warung soto daging, ada penjual legen kelapa. Yang jual seorang Ibu. Mulai buka sekitar pukul 10.00 sampai habis. Beda dengan legen, legen nira kelapa ini rasanya manis saja. Tanpa kecut dan tanpa rasa karbonasi. Bahkan kalau kita sentuh minumannnya, terasa lengket. Istilah jawanya, pliket.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Legen, sebagian orang sudah mengenalnya. Sebuah minuman khas dari daerah Tuban dan Gresik. Rasanya seperti campuran dari rasa kecut, manis dan ada karbonasi seperti coca cola. Jadi bisa bersendawa seperti habis minum Coca-Cola. Bahkan minuman legen yang asli, tanpa campuran, dan sudah disimpan lama bisa mengandung alkohol. Sehingga bisa memabukkan juga.
Legen ini berasal dari pohon Siwalan. Pohon Siwalan ini banyak tumbuh di pesisir utara Jawa Timur seperti Gresik, Lamongan dan Tuban. Bentuk pohon Siawalan ini seperti kelapa, namun dengan daun yang agak melebar. Seperti daun buah Salak.
Cara mendapatkan legen yakni dari bunga siwalan dipotong dan tangkai bunganya ini akan keluar getahnya. Dikumpulkan dalam sebuah botol. Cairan yang dikumpulkan ini yang dinamakan legen.
Legen sangat mudah ditemukan di beberapa tempat di Surabaya, Tuban, Lamongan dan Gresik. Diminum dingin saat panas terik akan terasa nikmat. Apalagi minum sambil makan gorengan. Maknyus banget. Hehehe. Untuk di Surabaya ada beberapa tempat yang terkenal dengan tempat minuman legen ini seperti di depan sebuah cafe di jalan Gubeng.
Namun di Pare Kediri, kampung Inggris, saya menemukan hal yang baru. Yakni legen dari kelapa. Bukan siawalan.
Sebenanrnya legen dari kelapa ini dinamakan nira. Prosesanya sama dengan legen. Yakni bunga kelapa dipotong, dan dari batang bunga ini akan keluar getah. Getah ini yang dinamakan sebagai nira. Biasanya nira dimasak dan dijadikan gula merah atau gula Jawa.
Di jalan Kandangan, depan sebuah warung soto daging dan satu tempat dengan pangsit/mie ayam, ada penjual legen kelapa. Yang jual seorang Ibu. Mulai buka sekitar pukul 10.00 sampai habis.
Beda dengan legen, legen nira kelapa ini rasanya manis saja. Tanpa kecut dan tanpa rasa karbonasi. Bahkan kalau kita sentuh minumannnya, terasa lengket. Istilah jawanya, pliket.
Saya belum menemukan penjual legen nira kelapa ini selain di Pare, Kediri. Jadi bila Anda menyempatkan diri belajar bahasa Inggris di kampung Inggris khususnya saat liburan, silakan mampir untuk minum legen nira kelapa. Khas Pare Kediri. Jadi bisa kenangan bagi Anda. Hehehe. [SUMA, 21/6/2013 sore]
~~~
Artikel selanjutnya: Tentang Kampung Inggris Pare Kediri(6): Gumul, The Real Paris van Java
Artikel sebelumnya: Tentang Kampung Inggris Pare Kediri(4): Nasi Burung Puyuh (Wisata Kuliner di Pare
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang II, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://myusuf.or.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.
Kangen beginian… Di Surabaya nggak pernah lihat. Di Pare sudah jarang ke sana.
Legen nira ini sepertinya pernah aku minum pas pacaran dg Rie di Tahura Bandung dulu, Pak. Airnya sedikit kekuningan, nggak kayak legen yang putih keruh. Yang jual kayak pedagang keliling legen, lengkap dengan wadah-wadah bambu yang eksotik. Kalau yang di Pare ini apa rasanya beda?
Ya, sama rasanya. Sekarang meski di Pare juga semakin jarang..
Pingback: Tentang Kampung Inggris Pare Kediri(6): Gumul, The Real Paris van Java | Pareku, Kampung Inggris
Pingback: Tentang Kampung Inggris Pare Kediri(4): Nasi Burung Puyuh (Wisata Kuliner di Pare) | Pareku, Kampung Inggris