Suatu saat setelah keliling perumahan bersama Zidan, anak laki saya, kami melihat tukang bakso di gang sebelah. Terbesit untuk makan bakso. Makanya saya putuskan untuk meminta tukang bakso datang ke rumah saya. Yakni kembali ke gang rumah kami.
Saat di rumah entah ada apa dengan Zelda, anak perempuan saya, ngambek dengan saya dan kakaknya. “Kakak dan ayah tidak boleh masuk rumah. Biar tidur di luar, ” teriak Zelda.
Melihat hal ini, saya berusaha sabar dan melakukan komunikasi. Tapi tetap buntu. Dan sedihnya, tukang baksonya datang. Saya bingung, dompet ada di rumah, kalau tidak beli, saya kasihan dengan tukang bakso yang datang.
Cukup lama saya berkomunikasi dengan Zelda, tapi tetap buntu. Mungkin capek menunggu, tukang bakso bilang untuk hutang dulu saja. Lama berpikir saya iyakan usul tukang bakso.
Jadinya kita makan di luar dengan Zidan. Di teras. Zelda melihat di depan jendela. Kakaknya memprovokasi, “Kapok kamu, Zel, nggak dapat bakso.” Tentu saja saya hentikan provokasi ini. Takutnya tambah ramai.
Eh, setelah selesai makan dan tukang baksonya pergi, Zelda sudah mempersilakan masuk. Eaalaah, Zel.
Cepat-cepat saya ambil uang dan mengejar tukang bakso untuk membayar hutang. Saya kelilingi perumahan. Tapi sudah tidak ada. Saya tanyakan ke satpam di pintu gerbang, katanya sudah keluar. Dan lalu masuk ke perumahan sebelah. Ya ampun, perumahan ini sangat luas.
Meski begitu, saya putuskan mencarinya di perumahan itu. Meski tiap gang sudah saya putari, tak tampak tukang bakso.
Akhirnya saya pulang ke perumahan. Saya katakan ke satpam, saya tidak menemukan tukang bakso. Kira-kira dimana ya? Ya, tak tahu, kata mereka. Bisa kemana-mana.
Akhirnya dengan gontai saya pulang. Tapi ternyata terlihat tukang bakso tersebut ada di sudut lapangan. Saya sungguh girang. Saya datangi dan bayar hutang saya.
Tukang bakso bilang nggak usah terburu, besok juga tidak apa. Hehehe, saya hanya tersenyum. Dalam hati, saya berkata siapa yang tahu saya besok masih hidup. Jangan sampai saya membawa hutang sampai mati. Hehehe.
Hidup di dunia tak mungkin tak berhutang. Rasulullah sendiri saja pernah berhutang. Tapi kalau itu perlu dan tidak berniat jelek, misal tidak mengemablikan, maka boleh saja berhutang.