Sesuatu niatan yang mungkin terlalu tinggi. ‘Kelancipin’ kata orang Surabaya. Tapi saya pikir, daripada tidak ada niatan dan tidak melakukan apa-apa, lebih baik berniat dan berusaha mewujudkannya.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Ya, waktu sebenarnya berjalan sama saja seperti saat saya dulu masih TK, SD, SMP, SMA dan kuliah dulu. Tak berubah. Namun rasanya demikian cepat.
Rasanya baru kemarin saya bersilaturahmi ke teman-teman lama saat lebaran, teman-teman SD dan SMP, tapi sekarang sudah Ramadhan dan nantinya lebaran lagi. Padahal kunjungan itu tak saya ‘follow up’ lagi. Padahal kita berjanji untuk bertemu lagi.
Entah apa yang menyebabkan beratnya menyambung silaturahmi di luar lebaran. Mungkin karena terbatasnya waktu, atau kesungkanan melakukan kunjungan di luar lebaran. Takut dianggap memiliki agenda terselubung. Hehehe.
Apapun itu, Ramadhan sekarang sudah tiba. Itu berarti Ramadhan yang kesekian kali dalam hidup saya. Karena itu, saya ingin membuat Ramadhan yang agak berbeda dengan sebelumnya. Ada sesuatu hal yang dulu tidak saya kerjakan, tapi sekarang ingin saya kerjakan.
Sesuatu niatan yang mungkin terlalu tinggi. ‘Kelancipin’ kata orang Surabaya. Tapi saya pikir, daripada tidak ada niatan dan tidak melakukan apa-apa, lebih baik berniat dan berusaha mewujudkannya meski mungkin tak tercapai seluruhnya. Itu lebih baik daripada diam tanpa ada hal yang bisa dilakukan.
Apa beberapa hal yang ingin saya lakukan di Ramadhan kali ini. Ada 2 hal, yakni:
1. Membaca sampai selesai terjemahan Al Qur’an.
Saya sudah pernah membaca sampai selesai Al Qur’an dalam bahasa Arab (meski baru sekali dalam hidup, ihik ihik…). Kali ini saya ingin memahami Al Qur’an karena yang baca dalam bahasa yang saya pahami: bahasa Indonesia.
Saat membaca terjemahan ini, saya akan berusaha membuat catatan dan memberi tanda pada Al Qur’an itu bila ada yang penting. Kapan-kapan bila dibutuhkan, saya bisa mencarinya dengan mudah.
Saya sebenarnya sudah melakukan hal ini. Tapi sejak dulu sampai sekarang hanya berhenti sekitar juz 3. Mogok. Jadi baru 1/10-nya. Semoga dengan tekad ini saya bisa melanjutkan sampai habis.
2. Menulis 1 artikel tiap harinya.
Hal apa saja. Tema apa saja. Yang penting ada faedahnya. Ada gunanya. Entah itu renungan, informasi berguna, tambahan pengetahuan, semangat, motivasi dan lainnya. Yang jelas ada tulisan yang bisa dibagi di social media seperti Facebook dan diletakkan di tempat yang bisa langgeng penyimpanannya seperti di Facebook, Blogpsot atau WordPress.
Saya sudah memulainya hari ini dengan tulisan Obrolan Yang Menggema. Tulisan-tulisan ini saya masukkan dalam serial yang baru saya buat, “Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara”.
Ya, ini resolusi saya. Bismillah, semoga bisa terlaksana. Mohon dukungan dan doanya, teman. Terima kasih. [PURI, 1 Ramadhan 1433H sore]
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (10): Ujian Ramadhan | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (10): Ujian Ramadhan | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (9): Peristiwa-Peristiwa Besar yang Saya Alami di Ramadhan | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (9): Peristiwa-Peristiwa Besar yang Saya Alami di Ramadhan | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (8): Memberi Nama Untuk Benda Mati | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (8): Memberi Nama Untuk Benda Mati | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (7): Makanan Terlezat dalam Hidup | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (7): Makanan Terlezat dalam Hidup | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (6): Buku Yang Selalu Tak Bosan Dibaca dan Dibaca Lagi | Enerlife
Pingback: Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (6): Buku Yang Selalu Tak Bosan Dibaca dan Dibaca Lagi | Enerlife