Tanpa diminta Ibu akan memperhatikan segala hal yang terkait anaknya, termasuk mendoakan kebaikan bagi anaknya. Memuliakan mereka berdua akan mendekatkan rezeki pada kita. Juga kebahagiaan.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Saat mendengar kuliah subuh di radio, Zidan protes. Zidan, anak saya yang duduk di kelas 5 SD saat ini, bertanya bagaimana Ibu harus dihormati (dimuliakan) lebih dulu daripada Bapaknya. Bahkan harus 3 kali tahapan, baru ke Bapaknya. Bukankah kedudukan Bapak dan Ibu sama dalam berkeluarga? Begitu argumentasi Zidan.
Istri saya yang mendengar protes ini berseloroh, “Makanya harus patuh sama Bunda. Tak boleh protes dan ngambek kalau disuruh-suruh Bunda.” Hahaha, bundanya Zidan sepertinya memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari pengaruh. Zidan yang masih bingung jadi cemberut dengan perkataan bundanya ini.
Jawabannya sebenarnya sudah ada dalam kuliah subuh itu. Bahwa Ibu lebih dimuliakan karena Ibu tiga kali lebih susah payah daripada Ayah saat menghadirkan kita di bumi ini. Yakni susah payah saat hamil, melahirkan dan menyusui. Juga kasih sayang yang lebih besar daripada bapaknya. Ini seperti pepatah yang sering kita dengar, ‘Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.’
Dalam sebuah ayat (QS 46:15), Tuhan memerintahkan kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Orang tua adalah wakil Tuhan di muka bumi ini. Namun wanitalah yang lebih ditekankan dalam ayat ini dalam menjalankan fungsinya sebagai wakil Tuhan bagi seorang manusia.
Karena itu hubungan Ibu dan Tuhan demikian dekat. Artinya bila Ibu meminta doa kepada Tuhan khususnya doa untuk anak-anaknya akan lebih dikabulkan. Disinilah sebenarnya rahasia rezeki paling besar bagi seorang manusia. Bila dia memuliakan Ibunya, maka dia akan disayangi sepenuhnya oleh Ibunya. Tanpa diminta, Ibu akan memperhatikan segala hal yang terkait anaknya, termasuk mendoakan kebaikan bagi anaknya.
Memuliakan mereka berdua akan mendekatkan rezeki pada kita. Tak hanya rezeki tapi juga kebahagiaan. “Siapa berbakti kepada Ibu Bapaknya, maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah akan memanjangkan umurnya.” (Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani, al-Asybahani dan al-Hakim)
Kalau ingin sukses, dekatlah dan muliakan seorang Ibu. Banyak cerita-cerita yang dilakukan orang-orang sholeh dan sahabat Nabi Muhammad terkait dengan memuliakan Ibu. Namun saya akan ceritakan sebuah kisah yang terjadi di jaman sekarang ini. Sebuah cerita yang dilakukan oleh seorang teman. Orang yang saya lihat kesuksesannya.
Teman saya ini seorang anak sulung. Dia memiliki beberapa adik. Orang tuanya mendapatkan rezeki dengan berjualan makanan di warung. Usaha yang sebenarnya warisan dari orang tuanya. Pendapatan dari warung ini cukup untuk hidup, meski tak bisa dikatakan berlebihan.
Karenanya setelah lulus SMA, teman kita ini tak mau melanjutkan kuliah, meski sudah berjalan 2 semester. Dia ingin bekerja membantu keuangan keluarganya, karena ingin adik-adiknya bisa tetap sekolah.
Karena hanya lulusan SMA, maka tak banyak pilihan pekerjaan. Meski begitu dia tekuni pekerjaan yang dia peroleh. Berganti-ganti pekerjaan untuk lebih baik, akhirnya dia sampai ke sebuah perusahaan besar. Sebuah perusahaan yang tak hanya berkaryawan ribuan, tapi namanya sangat dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia. Banyak orang yang ingin bermimpi kerja di sini. Sepertinya ini jadi pelabuhan akhir baginya. Dia tak mau berganti pekerjaan lagi.
Tapi apa lacur? Setelah bertahun-tahun bekerja di sana, krisis moneter menerpa bangsa Indonesia pada tahun 1998. Kurs dolar dan suku bunga menjulang tinggi. Harga-harga melambung tinggi. Itu pun barangnya masih langka. Akibatnya banyak perusahaan melakukan penghematan besar-besaran. Sebagian malah tak kuat menahan krisis ini, sehingga harus tumbang. Dengan akibat mem-PHK sebagian atau keseluruhan karyawannya.
Perusahaan teman kita ini tak luput dari terpaan krisis itu. Meski tak sampai tumbang. Namun manajemen memutuskan menyatukan beberapa perusahaan menjadi satu demi efisiensi. Dengan kata lain, perusahaan yang diikuti teman kita ini harus tutup dan pindah ke kota lain. Kalau tak mau ikut, berarti harus mengundurkan diri.
Teman kita ini bimbang. Dia sudah menyukai pekerjaannya. Dia juga bangga bekerja di perusahaan tersebut. Namun kalau dia mengikuti kepindahan perusahaan ini, maka dia akan jauh dari oran tuanya khususnya Ibunya. Dia sangat menhormati dan menyayangi Ibunya. Namun kalau dia tak ikut pindah, dia akan mencari pekerjaan lagi. Padahal saat itu malah banyak perusahaan mengurangi pegawainya. Tentu susah mencari pekerjaan di zaman itu.
Saat itu kedua orang tuanya sudah tak mampu bekerja lagi. Mereka sekarang ikut teman saya itu, yang kebetulan bisa membuat rumah dekat kantor. Rumah lamanya dijual. Di rumah itu, tak hanya ikut orang tuanya tapi juga adik-adiknya.
Lama dia berpikir untuk ikut atau tidak. Berbulan-bulan dia merenungi jawaban yang tepat. Dia berusaha untuk mengulur-ulur waktu memberikan jawaban. Tapi waktu yang sebenarnya ingin dihindari akhirnya tiba. Yakni saat pemberian keputusan untuk perusahaan: ikut atau keluar!
Saat dipanggil atasannya, dia bulat memberikan keputusan: keluar dari perusahaan itu. Artinya dia lebih mementingkan lebih dekat pada Ibunya.
Namun, sebuah rezeki datang lebih besar. Sebelum keluar, atasan perusahaan lama yang pernah diikutinya dulu, menawari membuka sebuah perusahaan baru. Memang benar-benar perusahaan baru. Sehingga saat keluar dan memulai perusahaan baru itu, hanya ada 1 karyawan dan sebuah ruangan kecil.
Dia tekuni perusahaan barunya, lambat laun perusahaan itu membesar. Dan tak hanya besar, perusahaan itu terdepan dalam bidangnya. Semua perusahaan besar dalam dan luar negeri telah menjadi kliennya. Karyawannya sudah membengkak menjadi ratusan orang. Tapi rezeki lain hadir.
Karena perusahaannya terkenal, dia diminta membagikan pengalamannya bagaimana membesarkan perusahaannya dulu. Namanya akhirnya diketahui oleh sebuah perusahaan konsultan kondang di negeri ini. Dia diminta menjadi fasilitator tamu.
Sekarang dia sudah dipenuhi jadwal untuk memberikan seminar, pelatihan dan workshop di seantaro negeri ini. Meski begitu dia tetap di perusahaan yang lama. Secara materi dia sudah cukup. Tapi dia mendapat kepuasan nama yang lebih dikenal, melakukan pekerjaan yang disukai dan melakukan perjalanan keliling Indonesia.
Semua itu tak bisa diraihnya, bila dia memutuskan untuk ikut kepindahan perusahaannya dulu. Sekarang selain materi, nama besar, dia juga masih bisa dekat dengan orang tua, khususnya Ibunya. [TSA, 24/04/2012 subuh]
~~~
Artikel ini bagian dari buku yang saya rencanakan untuk terbit. Rencananya ada 99 artikel yang berkaitan dengan rahasia rezeki. Untuk seri 1 sampai 10, anda bisa membaca secara lengkap di http://enerlife.web.id/category/rejeki/. Setelah seri itu, tak ditampilkan secara lengkap. Namun hanya setiap kelipatan seri 5 yang ditampilkan secara lengkap. Jadi pantau terus serial ‘Rahasia Rezeki’ ini.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .
Hi there, I believe your website could possibly be having web browser compatibility problems.
Whenever I look at your blog in Safari, it looks fine however, when opening in Internet
Explorer, it has some overlapping issues. I merely wanted to give
you a quick heads up! Other than that, wonderful website!
@jasedmassey
I’m not sure what you saya. Because i have been checked before. Anyway thankyou.
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..