Jadi rahasia rejekinya sederhana: peliharalah nomor ponsel yang telah diberikan pada orang lain. Karena kalau tidak, saat rejeki itu datang menghampiri untuk kita, maka rejeki itu tak jadi mampir.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Saya di belakang kelas. Seorang mahasiswa dengan teman-teman sekelompoknya memperesentasikan tugasnya. Presentasinya sungguh menarik. Apalagi diselipi humor-humor kecil. Terlebih ditambah celutukan teman-teman dari kelompok lain yang tak kalah lucunya. Tentu saja hal ini membuat segar suasana. Kelas jadi ramai dengan ger-geran.
Diam-diam saya bersyukur menjadi dosen mereka. Mereka sangat menyenangkan. Selain aktif, mereka juga hormat dan rajin belajar. Mereka tak segan untuk bertanya kalau tak mengerti. Dan seringkali mengajak berdiskusi di luar kelas. Kalau begini, dosen siapa yang takkan senang dan bangga dengan mahasiswa seperti mereka.
Pikiran saya tiba-tiba menerawang bagaimana kesempatan mengajar di sini datang. Seperti mimpi. Saya menganggapnya sebagai rejeki. Rejeki yang datang dari arah yang tak disangka-sangka.
Waktu itu malam hari. Saya sudah di rumah. Lagi bersantai. Kesempatan yang jarang. Maklum biasanya pulang agak larut karena rumah ada di pinggiran kota. Jauh dari kantor.
Tiba-tiba ada panggilan yang masuk ke ponsel. Suara di sana dengan hangatnya menyapa. Awalnya saya bingung, siapakah suara cewek di sana. Mungkin karena tanggapan saya yang dingin, akhirnya dia menyadari bahwa saya tak mengenalinya.
Maka mulailah dia mengingatkan siapa dirinya. Ternyata dia teman yang bertemu secara sepintas di seminar. Meski kita baru ketemu di sana, kita sudah gampang akrab gara-gara ada banyak teman yang sudah kita sudah saling mengenal. Ya, kebetulan saya pernah berkunjung ke kantornya dan mengenal beberapa orang yang kerja di sana.
Tapi kejadian itu sudah berlangsung sangat lama. Mungkin sudah tahunan. Kira-kira 6 tahun yang lalu. Wajar kalau saya sudah hampir lupa.
Setelah bercerita-cerita, akhirnya dia menawarkan posisinya sekarang sebagai staf pengajar di perguruan swasta. Saat ini dia sedang hamil tua. Dia sudah harus bersiap untuk melahirkan. Karena itu dia harus ambil cuti. Tapi dia tak diijinkan cuti, sebelum dapat menemukan penggantinya.
Maka dia menghubungi saya ditawari pekerjaan mengajar itu. Tentu saja saya senang menerima tawaran itu, karena kuliahnya di malam hari. Sehingga tak mengganggu pekerjaan saya di kantor. Sesuatu yang bisa saya kerjakan di luar jam kantor.
Lalu saya tanyakan bagaimana dia dapat menghubungi saya?
“Lha, kamu kan pernah memberikan kartu namamu!” katanya. “Saya sebenarnya pesimis dapat menghubungimu. Karena banyak teman yang sebelumnya aku hubungi, gagal nyambung. Ada yang sudah mati. Ada yang malah sudah ganti kepemilikan. Untungnya kamu nggak ganti nomornya,” katanya lagi.
Ya, memang nomor ponsel saya tetap. Bukannya saya setia dengan 1 nomor itu. Mana tahan dengan promosi-promosi yang menggiurkan dari operator lain? Tentu saja saya juga tergiur mencoba layanan operator-operator itu. Tapi prinsip saya, saya tak akan membuang nomor ponsel. Tapi justru menambah. Tentu saja ada beberapa nomor yang saya punya itu bukan untuk publik. Jadi kalau mati atau saya buang nomor itu, tak masalah.
Kadang saya jengkel, ketika menghubungi seorang teman, ternyata gagal nyambung. Entah karena sudah mati atau sudah direcycle menjadi milik orang lain.
Jadinya keinginan memberi rejeki, jadi nggak berhasil. Sesuatu yang seharusnya menjadi rejekinya, jadi gagal rejekinya. Semua itu hanya gara-gara masalah kecil: nomor ponsel yang diberikan tak dipelihara. Alias dengan entengnya dimatikan.
Padahal sebenarnya memelihara nomor ponsel itu di jaman sekarang tak mahal biayanya. Saya sendiri nomor yang dihubungi teman tadi cuma saya isi pulsa Rp 5.000,00 sebulan. Karena nomor itu sudah bukan nomor utama saya lagi.
Jadi rahasia rejekinya sederhana: peliharalah nomor ponsel yang telah diberikan pada orang lain. Karena kalau tidak, ketika rejeki itu datang untuk kita, maka rejeki itu tak jadi mampir ke kita. [PURI, 31/01/2012 siang]
~~~
Artikel ini bagian dari buku yang saya rencanakan untuk terbit. Rencananya ada 99 artikel yang berkaitan dengan rahasia rejeki. Untuk seri 1 sampai 10, anda bisa membaca secara lengkap di sini. Setelah seri itu, tak ditampilkan secara lengkap. Namun hanya setiap kelipatan seri 5 yang ditampilkan secara lengkap. Jadi pantau terus serial ‘Rahasia Rejeki’.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya atau di Facebooknya.
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..