Jawabannya begitu sederhana namun telak, “Rejeki sudah ada yang ngatur, Mas. Lagian selalu habis kok. Kalau tidak habis, akan ‘dipinjam’ tetangga yang sudah habis.”
Oleh: Mochamad Yusuf*
Kalo anda tanya makanan khas apa Surabaya, saya akan menjawab lontong balap. Bila anda meminta saya mengantar, saya akan membawa anda ke jalan Kranggan. Di tepi jalan tepatnya di depan bioskop Garuda, berderet-deret warung lontong balap. Kata orang, ini adalah sentra jajanan khas lontong balap di Surabaya.
Sebenarnya tak seluruhnya warung di sana berjual lontong balap. Tapi berselang-seling dengan warung es degan. Jadi misal warung paling ujung sebelah kiri berjual lontong balap, maka di sebelah kanannya adalah warung berjual es degan. Sebelahnya kembali lontong balap, terus es degan ladi dan seterusnya. Mungkin ada sekitar 10-an warung.
Tentu saja bagi yang tak pernah datang ke sini, hal ini sesuatu yang menyenangkan. Tinggal pilih warung yang mana dan mulailah bersantap menikmati lontong balap. Namun bagi saya, sebuah warung yang penjualnya gendut yang akan jadi jujukan.
Suatu ketika saya mengantar teman yang ingin makan lontong balap. Saya berniat menuju warung langganan. Ternyata warung jujukan sudah penuh. Begitu penuhnya, sampai duduk di belakang dan samping penjual. Bahkan duduk di warung es degan sebelah kanan kirinya.
Akhirnya saya menuju sebuah warung lontong balap yang penjualnya ibu. Tentu teman saya tidak saya ceritakan seharusnya makan di warung mana.
Sambil makan, saya mulai ngobrol-ngobrol dengan penjualnya. Kebetulan tak begitu ramai. Mulailah saya bertanya ini itu. Salah satunya, apakah bahan-bahannya dipasok oleh satu pemasok. Karena melihatnya hampir seragam, mulai lontong, sate kerang, lento bahkan sambalnya.
Ternyata tidak. Mereka membuat sendiri. Memang ada yang tidak bikin sendiri seperti kecap, bawang goreng dan beberapa renik lain. Tentu saja kalau terpaksa mereka bisa ‘pinjam’ dengan warung sebelahnya.
Akhirnya saya menanyakan sesuatu yang berbau ‘rahasia perusahaan’. Yakni apakah tidak bersaing dengan yang lain, karena jualannya sama. Beda kalau jualannya beda, maka memiliki konsumen sendiri-sendiri.
Jawabannya begitu sederhana namun telak, “Rejeki sudah ada yang ngatur, Mas. Lagian selalu habis kok. Kalau tidak habis, akan ‘dipinjam’ tetangga yang sudah habis.”
Wow. Memang sebenarnya tingkat keramaiannya berbeda antara satu dengan yang lain. Warung langganan saya misal, itu yang paling ramai. Secara kuantitas warung ini menjual lebih banyak. Namun kalau sudah habis, tapi jamnya masih buka, maka akan ‘pinjam’ pada tetangga.
Tetapi yang saya salut, mereka tak terlalu iri dengan yang lain. Dan tak tamak juga. Contoh warung langganan, bisa saja juga menjual minuman es degan. Tapi dia tak melakukannya. Supaya bisa memberi rejeki yang lain. Bahkan es degan sebelah kanan kirinya tak saling iri, misal kita menuju ke salah satu dari mereka. Mereka tak akan memaksa untuk masuk ke warungnya.
Bahkan warung langganan saya ini kalau penuh dan orang-orang berdiri mengantri, akan mempersilahkan ke warung lain. “Sama mas, sama mbak dengan sini,” begitu perintahnya pada tamu yang ngantri.
Alangkah indahnya kalau kita bisa memahami, bahwa rejeki itu ada yang mengatur. Dan kita tak begitu rakus untuk menghabiskan rejeki kita, namun mempersilahkan yang lain juga menikmati rejeki yang mungkin bisa kita raih. [TSA, 16/10/2010 subuh]
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI di SAM Design. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya atau di Facebooknya.
@Havri. Aku tahu. Aku tutup mata saja kok… Hehehe.
makan lontong balap PAK GENDUT enak yg sore jam 3sore ke atas
@Havri.
Aku tahu. Aku tutup mata saja kok… Hehehe.
sup, klo makan lontong balap mending dibungkus saja, soalnya disitu jorok cuci piringnya gak pake sabun, sekedarnya saja, hiiiiiiiiiii…….
@Untara.
Hahaha… Btw, gimana kalo makan lontong balap bareng? Siip.
Yup, bang Yusuf! Praktek ‘berbagi rejeki’ ini memang patut di tiru.
jadi bolehlah jika SAM Design kelebihan order bisa melimpahkan order2 tersebut ke saya *kedip kedip innocent* hahaha …
*jadi pengen berat ama lontong balap .. bang Yusuf harus tanggung jawab*
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..