Contact us now
+6289-774455-70

Pemandangan Memilukan di Jantung Jogja, Dimanakah Pemimpinnya?

Judulnya memang bombastis. Pasti banyak orang Jogja protes ke saya setelah ini. Tapi mohon maaf, memang itu yang menjadi pikiran saya dalam perjalanan jalan kaki antara masjid Jogokariyan – Malioboro pp yang saya lakukan pada Minggu petang, 24 September 2017.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Dalam perjalanan pulang dari Malioboro untuk kembali ke masjid Jogokariyan, saya kembali melewati alun-alun (Kidul?). Di tengah alun-alun dekat pohon Beringin Kembar, saya melihat pemandangan memilukan.

Awalnya saya kira sebuah mayat. Seorang nenek yang kurus, tergeletak di tanah. Tidak bergerak. Dia hanya beralas kain tipis. Meski tidak bergerak, saya masih yakin hidup. Atau bagaimana ya? Mohon ampun, kalau keadaannya bukan demikian.

Lama saya amati. Kondisinya memprihatinkan. Di dekatnya ada kaleng sedekah. Kok dia sampai di sana dibiarkan? Di sekelilingnya banyak orang, karena memang di alun-alun. Tidakkah ada pihak Satpol PP atau Dinas Sosial untuk memberi solusi? Misal membawanya ke Panti Sosial?

Saya bandingkan dengan di Surabaya. Saya tidak pernah melihat kejadian seperti ini khususnya di tahun-tahun terakhir. Karena banyak patroli Satpol PP yang akan membawa mereka ke Panti Sosial. Apakah ini karena pemimpinnya Bu Risma? Entahlah…

Hal ini yang menjadi diskusi setelah ini antara saya dan teman. Di manakah suaminya? Dimanakah anak-anaknya? Mungkinkah dia sebatang kara? Saat tua tidak berdaya untuk mencari nafkah, maka hanya itu yang bisa dilakukannya. Dan itu juga bisa menimpa saya, teman dan kita semua.

Jadi merenung, apakah kita sudah baik dengan pasangan, anak-anak, kerabat, teman-teman? Semoga kita tidak ditelantarkan oleh mereka. Semoga sampai tua tetap bisa berkarya dan beribadah. Semakin tua semakin dekat pada Allah. Aamiiin.

Bagaimana menurut Anda?

Btw, kenapa alun-alunnya demikian ya? Saya bayangkan kalau hal ini di Surabaya, maka akan jadi indah dan asri. Akan menjadi tempat hiburan gratis bagi warganya lebih nyaman. Apa karena milik keraton sehingga pemda tidak bisa memperbaikinya? Atau ada faktor lain? Ada yang bisa menjawabnya?

~~~
*Mochamad Yusuf dapat ditemui di http://enerlife.id

One Comment - Leave a Comment
  • Leave a Reply