Sebuah tawuran (perkelahian ramai-ramai) antar pelajar terjadi di Jakarta. Tapi kali ini memakan korban jiwa. Seorang siswa yang katanya tidak ikut-ikutan, makan dan mau mengambil motor yang diparkir di luar sekolah, jadi korban.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Tawuran pelajar sebenarnya bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Sejak bapak-ibu kita sekolah, kita sekolah, sampai anak kita sekolah. Ya, namanya anak muda yang memiliki gairah, semangat dan belum dewasanya berpikir, maka mudah saja meletup emosinya. Biasanya pemicunya sepele: rebutan pacar, solidaritas teman, corps sekolah dll.
Tapi meski begitu, tawuran seharusnya tidak ada. Kenyataannya tidak setiap kota ada tawuran pelajar. Seperti di Surabaya, sudah lama saya tidak dengar baik dari koran atau radio adanya tawuran. Minimal di radio saya pasti dengar, karena saya sering pantau sebuah radio swasta yang selalu mendapat input dari pendengarnya. Jangankan tawuran, ada mobil mogok saja, kita tahu.
Saya kira untuk kasus Jakarta sangat kompleks. Penyebabnya bisa banyak: orang tua yang bekerja sehingga interaksi sosial keluarga rendah (pagi-pagi orang tua sudah berangkat, larut malam baru pulang dst), kemacetan yang bikin stres dan gampang marah, waktu pelajaran yang pendek (setengah hari, sisanya buat main), pelajaran agama yang sedikit (2 jam pelajaran per minggu), beban sekolah yang banyak dll.
Penyelesaiannya harusnya komprehensip. Penyelesaian satu-dua solusi, hanya membuat tawuran berhenti sebentar. Lalu meletup lagi bahkan mungkin lebih besar lagi.
Tawuran pelajar jakarta mungkin adalah ekses dari kota besar. Karena itu, saya penasaran apakah di kota-kota besar lain di dunia, tawuran pelajar juga ada? Atau bagaimana dengan kota-kota lain di Indonesia?
Bagaimana menurut Anda?
~~~
*Mochamad Yusuf dapat ditemui di http://enerlife.id
Ikut prihatin dengan generasi muda sekarang. Semoga semakin berkurang tawuran pelajar ini. Aamiiin.