Contact us now
+6289-774455-70

Malas Mengoreksi

Beberapa hari terakhir saya harus eksta kerja keras mengoreksi ujian/tugas. Karena hari-hari ini mahasiswa libur dan setelah ini masuk semester genap. Karena itu nilai sudah harus disetor ke kampus untuk melihat hasil belajar semester gasal lalu.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Ternyata meski sudah bekerja keras rasanya koreksi saya tidak bisa sempurna. Tidak ideal menurut saya. Baru saya sadar ternyata mengoreksi juga capek. Apalagi kalau mahasiswa tidak membantu, misal: tulisannya jelek.

Aduh harus ekstra kerja keras lagi untuk membaca. Atau tugas yang dikumpulkan di CD/DVD tidak diberi identitas. Ini pasti bikin tambah ekstra waktu dan tenaga.

Karena semester ini saya banyak tugas keluar kota, maka mulai tugas, UTS sampai UAS belum sempat saya koreksi. Hanya saya tumpuk. Ternyata makin ditumpuk malah bikin malas untuk mengoreksi. Lha dilihat saja sudah capek, saking banyaknya tumpukan. Hehehe.

Sekarang saya jadi sadar terhadap keluhan seorang pemimpin kampus beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa dosen sudah mulai malas memberikan tugas. Kalau menurut saya, memberikan tugas sih gampang, yang susah mengoreksinya. Hehehe.

Padahal di sebuah kampus lain yang saya ajar, ada insentifnya. Membuat soal ada duitnya. Mengoreksi juga ada duitnya. Tapi ternyata insentif ini tidak mendorong juga dosen untuk rajin memberikan tugas. Hehehe.

Padahal tugas itu penting bagi mahasiswa karena bisa memperkaya ilmu dan meningkatkan ketrampilan/keilmuan. Kalau hanya mendengar, mahasiswa tidak akan banyak belajar. Dengan memberikan tugas, mereka diharap belajar mandiri untuk memperdalam keilmuan.

Tapi ada satu hal yang kemarin jadi saya rasakan. Ternyata saya sangat menikmati mengoreksi tugas dan ujian. Ternyata saya memiliki passion ilmu atau terkait menuntut ilmu.

Nikmat… Hehehe. Alhamdulillah.

~~~
*Mochamad Yusuf dapat ditemui di http://enerlife.id

One Comment - Leave a Comment
  • Leave a Reply