Dalam buku ‘Habibie dan Ainun”, Habibie sempat bimbang ketika disuruh pulang oleh presiden Soeharto untuk membangun negeri melalui dirut Pertamina, Ibnu Sutowo. Namun saat didiskusikan dengan istrinya, Ainun, Habibie mantap pulang ke Indonesia.
Habibie pantas ragu dengan perintah Soeharto ini, karena dia selama itu di Jerman dibiayai oleh ibunya yang janda dengan anak banyak (7 orang). Dan kedudukannya sudah direktur MBB, gabungan 3 perusahaan aviasi Jerman terkemuka. Juga dia berpikir banyak penolakan dan iri atas kedudukan yang diterima langsung saat kembali ke Indonesia.
Dan memang seperti itulah. Banyak penolakan, termasuk banyak yang menanyakan kemampuan dan prestasi yang diraih Habibie. Jawaban Habibie sederhana. Dia tidak meminta jabatan itu. Yang meminta adalah presiden Soeharto. Kenapa dia? kenapa tidak ditanyakan langsung ke beliaunya.
Bagaimana Soeharto sampai tahu Habibie?
Ternyata pertemuan mereka jauh sebelum Habibie di Jerman. Saat itu ada pemberontakan di Sulawesi dan Soeharto diperintahkan memadamkan pemberontakan itu. Dia tinggal di sebuah kampung, dan dia begitu suka dengan sebuah keluarga karena istrinya seorang Jawa. Dia adalah ibu Habibie, asli Jawa, yang menikah dengan pria Gorontalo.
Kedekatan dengan keluarga Habibie ini sampai Soeharto mencomblangkan salah satu anak buahnya dengan kakaknya Habibie. Tapi saya ragu, Soeharto sudah mengetahui kemampuan Habibie, karena masih muda.
Pertemuan Soeharto dan Habibie memang seperti kebetulan. Namun sejarah mencatat, dua orang ini kelak akan mempengaruhi sejarah Indonesia.
Btw, apakah Anda juga banyak mengalami peristiwa-peristiwa kebetulan? Apakah peristiwa kebetulan itu baik atau buruk bagi Anda? Bagaimana menurut Anda?
Seharusnya kebetulan itu adalah tak kebetulan. Artinya juga sudah direncanakan oleh Allah.