Tapi saya ingatkan kamu Zidan, jangan berharap demikian. Nikmatilah saja waktu yang berjalan. Termasuk juga menikmati omelan atau cerewetnya bundamu. Hehehe.
Sekarang Zidan duduk di kelas 2 SMP. Umur tanggung. Istilahnya ABG. Dewasa belum, tapi juga bukan anak-anak. Jadi sudah memiliki tanggung jawab, namun karena masih anak-anak belum punya kesadaran sendiri untuk melakukannya.
Makanya bundanya selalu mengingatkan ini itu. Memberi arahan ini itu. Menyuruh ini itu. Dan lain-lain. Jadi setiap hari tidak ada omelan yang terlewati oleh Zidan dari bundanya.
Mungkin sekarang Zidan berharap cepat besar, cepat mandiri dan cepat menikah. Sehingg bebas dari cerewet bundanya.
Tapi saya ingatkan kamu Zidan, jangan berharap demikian. Nikmatilah saja waktu yang berjalan. Termasuk juga menikmati omelan atau cerewetnya bundamu. Hehehe.
Karena aku juga punya pengalaman yang sama. Dulu aku juga demikian. Saat menikah, saya pikir saya terbebas dari cerewetnya Ibu. Tapi ternyata cerewetnya istri sama saja. Bahkan rasanya lebih hebat dari Ibu saya. Hehehe.
Bahkan kalau saya renungkan banyak kesamaan dengan Ibu saya. Padahal dulu nyarinya nggak harus sama dengan Ibu. Hehehe.
Jadi sekali lagi, Zidan, nikmati hidup. Cerewet dari bundamu, anggap saja bentuk kasih sayang dan perhatian dari bundamu. Tapi ini memang betul sekali. Harusnya bersyukur punya orang yang cerewet terhadap kita. Karena ada yang memberi perhatian pada kita. IT’S TRUE!