Selain panca indra, kita diberi indra ke-6. Mata hati. Indra ini sebenarnya bisa melihat lebih dalam, lebih jauh dan lebih jujur.
“Sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu. Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka dialah yang rugi.” QS 6:104
Terjemahan resmi Kemenag adalah bukti. Menurut Prof Dr KH Roem Rowi terjemahan yang tepat adalah mata hati. Dengan mata hati itu kita bisa melihat kebenaran dan keburukan. Kalau tidak, meski kita bisa melihat seakan kita buta.
Dengan mata hati itulah kita selamat mengantar masuk surga. Sehingga kelak saat di akhirat, ada obrolan antara penghuni surga dan neraka.
“Dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, “Sungguh, Kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?”” QS 7:44
Apa sebenarnya mata hati itu? Bagaimana memunculkan mata hati itu? Apa yang dicemoohkan penghuni surga pada penghuni neraka? Bagaimana mungkin penghuni surga ngobrol dengan penghuni neraka? Adakah kelompok lain yang tak masuk surga tak masuk neraka yang bisa ngobrol dengan penghuni surga dan neraka?
Mari kita simak paparan yang diutarakan dengan apik oleh Ustadz Prof Dr. KH. ROEM ROWI MA, guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Seorang lulusan Gontor yang kini juga dosen tetap Universitas Darussalam Gontor. Beliau juga mengasuh program di radio Suara Muslim FM Surabaya. Sebuah kajian dengan berdalil Al Qur’an yang sangat berisi dan diselingi humor serta sentilan sosial politik aktual di sini.
https://youtu.be/oEwamaU_XSU
Semoga kita bukan yang dicemooh kelak. Aamiiin.