Lalu bagaimana agar kita tak terjerembab dalam kesyirikan pikiran? Bagaimana kita bisa memilih pemimpin yang harus kita ikuti? Bagaimana cara kita selamat dari berbagai ajakan yang tak benar?

Tapi jelas seperti dia, meski sudah ditunjukkan dalil yang kuat sekalipun, dia pasti ngotot. Ya sudah. Yang penting, kita sudah menunjukkan dalilnya. Mau percaya atau tidak, dipersilahkan.

Apa sebenarnya Tuhan itu? Apa syarat untuk disebut sebagai Tuhan? Mungkinkah Tuhan lebih dari satu? Bagaimana konsekuensi menuhankan selain Allah?

Paham lain seperti selain Islam, ada 2 agama samawi lain. Padahal agama samawi hanyalah Islam. Atau ada paham yang mengatakan semua agama adalah sama. Semua menuju tuhan yang sama. Dan lainnya.

800 ayat ini dinamakan ‘Ayat-ayat semesta’ oleh Prof Agus Purwanto. Salah satunya adalah Surat An Naml: 88. “Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan.”

Ironisnya sebenarnya banyak sekolah/pesantren penghafal Al Qur’an. Berarti banyak pula yang hafal. Namun sepertinya hanya berhenti di hafalan saja. Harusnya juga menyelami bahkan menyelidikinya.

Hadits apa yang dimaksudkan mereka? Bagaimana sebenarnya melihat hadits tersebut? Benarkah hujjah mereka bahwa sholat Jumat tak menggugurkan kewajiban sholat Dhuhur?

Ini yang sekarang jamak terjadi sejak pandemi. Yakni hibrid. Offline dan online. Seperti pengajian. Yang mau datang lihat langsung monggo. Yang ingin mengikuti dari rumah juga monggo.

Kejadian buruk sudah hampir pernah kita alami. Bukan sekedar kita diminta sabar. Tapi kita harus muhasabah diri. Merenung untuk evaluasi atau introspeksi diri. Hikmah apa yang bisa dijadikan pelajaran untuk ke depan?