Setelah menempuh pendidikan di Gontor, Ahmad Rifai Arif pulang kampung di Tangerang. Dengan dukungan ayahnya berupa tanah sawah 2 hektar, dia mendirikan pondok pesantren. Dia ingat petuah para Kyainya agar ilmu itu harus diamalkan.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Di lain pihak adiknya, Ahmad Sahiduddin bercita-cita ingin jadi insinyur. Tapi tidak diizinkan oleh ayahnya. Malah diminta jadi santri pesantren kakaknya. Maka adiknya termasuk santri awal Pesantren Daar el Qolam. Nama pondok itu. Tapi orang-orang lebih mengenalnya sebagai Pondok Gintung.
Kelak setelah lulus pondok kakaknya, dia tetap ingin jadi insinyur tapi diminta untuk ikut membina pondok itu. Dia tidak rela, tapi terpaksa. Dia tidak ingin jadi kyai seperti kakaknya yang memang berniat sampai mondok ke Ponorogo di Jatim.
Ternyata kakaknya meninggal di usia 50 tahun. Adiknya yang awalnya tidak berkeinginan jadi kyai, malah harus meneruskan cita-cita Ayah dan kakaknya.
Justru di tangan adiknya pondok yang awalnya 2 hektar menjadi 40 hektar. Santrinya sudah ribuan. Alumninya sudah ada di mana-mana termasuk salah satu personil band Wali.
Kadang hidup seperti demikian. Nasib kakak adik seperti tertukar.
Saya ingat cerita bersambung di majalah Femina beberapa tahun lalu tentang KH Abdullah Gymnastiar, Aa Gym. Aa Gym tidak berminat belajar agama. Adiknya, saya lupa namanya, justru belajar agama dengan tekun. Adiknya justru ingin jadi Ustadz.
Namun sang adik punya penyakit sejak kecil. Kondisinya makin lama makin parah. Sampai suatu ketika adiknya minta sama Aa Gym untuk belajar agama. Untuk meneruskan cita-cita adiknya. Dan saat itu Aa Gym berjanji mau melakukannya.
Maka kemudian hari kita kenal kyai pengasuh Pondok Daarut Tauhid di Bandung yang terkenal, Aa Gym itu. Pondoknya sampai dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Orang tidak tahu adiknya yang justru ingin seperti Aa Gym.
Dalam hidup kita dapat berkeinginan. Bahkan berupaya keras. Namun tetap Allah yang menentukan. Tapi tidak berarti kita pasrah dengan takdir Allah. Insya Allah selama kita berniat dan mewujudkan cita-cita yang baik, meski gagal, Allah tetap mencatat pahala padanya. Asal ikhlas.
(Ket. foto: pemandangan pondok alumni Gontor, Daar el Qolam di Tangerang, Banten).
* Mochamad Yusuf dapat ditemui di yusuf@enerlife.id.
Ya, memang begitu. Kita berencana, tetap Allah yang menentukan..