Di awal kajian Ustadz Prof Roem Rowi, pakar Al Qur’an, segan mengangkat tema ini. Karena disangka radikal-radikul. Namun di media sosial banyak berseliweran tentang terjemahan ‘awliya’ di Al Qur’an. Bahkan salah satu seliweran itu mengatakan Al Qur’an yang terjemahannya sebagai ‘teman setia’, Al Qur’an itu dikatakan palsu.
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka.” QS 5:51
Namun tugas sebagai muslim, hanyalah menyampaikan. Bukan tugasnya kita menjadikan orang beriman. “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?” QS 10:99
Kata ‘awliya’ yang dalam bahasa Indonesia menjadi wali. Orang yang dekat. Ayat-ayat serupa banyak. Di ayat lain, penterjemah Kemenag RI menterjemahkan sebagai pemimpin.
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya dan hanya kepada Allah tempat kembali.” QS 3:28
Yang menjadi masalah adalah resiko dahsyat kalau mengabaikan ayat-ayat ini. Karena ada 3 resiko. Pertama, hilangnya iman. Kedua, dianggap Allah telah murtad. Dan terakhir mendapat azab. Meski kita tetap melakukan sholat, puasa, zakat dll. Karena jadi zonk amal salihnya.
Maka simaklah kajian ini dengan hati dingin. Didengarkan saat lebih santai misal saat istirahat, sepulang di rumah mungkin akan lebih baik.
Kajiannya diutarakan dengan apik oleh Ustadz Prof Dr. ROEM ROWI MA, guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya lulusan Gontor yang sempat mengenyam pendidikan lanjutan di Al Azhar dan Madinah. Beliau juga juri MTQ internasional, pengurus MUI pusat dan imam besar masjid agung Al Akbar Surabaya. Sebuah kajian dengan berdalil Al Qur’an yang sangat berisi dan diselingi humor serta sentilan sosial politik aktual di sini.
Hal-hal seperti ini yang harusnya banyak diulang-ulang ke masyarakat muslim. Terima kasih ilmunya Ustadz.