Ada manusia yang sejak lahir, dewasa, sampai meninggal kaya. Ini seperti Nabi Sulaiman. Ada yang lahir kaya, lalu miskin, lalu kaya lagi seperti Nabi Ayyub. Ada yang lahir miskin, lalu kaya, dan saat meninggal miskin. Banyak skenario pada seorang manusia.
Tentu hal itu jadi kekuasaan Allah. “Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” QS 17:30.
Karena itu kita diminta berdoa memohon rezeki. “..Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya..” QS 29:17.
Dan berusaha meraihnya. Ada 2 cara meraih rezeki yakni lewat otot dan otak. Dengan otot, seseorang mengangkat batu dari sungai seharian dapat 250.000. Lalu dengan otak, seseorang mengangkat batu kecil selama 1 jam dapat 25 juta. Itu batu empedu. Maka hal seperti itu sepertinya tidak adil.
Kenapa Allah membuat seseorang kaya dan miskin? Kenapa dia tak beriman tapi kaya? Kenapa saya sudah beriman masih saja miskin? Mana yang lebih kita prioritaskan dalam mencari rezeki? Berusaha atau berdoa? Dan masih banyak pertanyaan lain.
Mari kita simak penjelasan Ustadz KH Ali Mansyur Kastam, pengasuh Pondok Pesantren Raudhotul Ilmiah, Kertosono, Jawa Timur di sini. Kajiannya sungguh runtut dengan ilmu yang sangat dalam. Semuanya hanya berdasar dalil Al Qur’an.
Rezeki memang banyak didamba manusia. Rumit. Sebuah rahasia semesta. Maka membicarakan sungguh enak..