Ada satu hal kalau saya renungkan sekarang, mengapa paman selalu seperti dalam keadaan bercukup. Bahkan saat persis di sebelahnya dibuka toko bahan bangunan yang lebih besar, toko paman tetap eksis.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Saya punya paman. Dia adalah kakak dari ayah saya. Waktu mudanya dia ikut berperang melawan Jepang dan Belanda. Ayah dulu selalu bercerita, betapa gagahnya paman waktu itu saat dia berkuda. Kalau saya pikir sekarang, berarti paman masuk pasukan kavaleri. Saya tak tahu apakah di Indonesia ada pasukan berkuda atau tidak.
Setelah ikut perjuangan kemerdekaan dia ikut tentara. Namun dia tak melanjutkan karir militernya ini. Dia berhenti dengan pangkat sersan. Setelah itu dia berbisnis bahan bangunan dan membantu bisnis orang lain. Tapi yang jadi miliknya sendiri dan yang utama memang toko bahan bangunan itu. Dia juga aktif di berbagai organisasi termasuk pernah sebagai pengurus Persebaya, klub sepakbola kebanggaan warga Surabaya.
Karena lokasinya di daerah baru di mana banyak pembangunan di sana, maka relatif toko bahan bangunan ini ramai sekali. Apalagi awalnya toko ini satu-satunya toko di sana. Dengan berdagang ini, paman relatif makmur.
Dia memiliki barang yang waktu itu termasuk barang mewah, misal: telpon rumah, mobil, langganan koran. Dan makanan relatif mewah saat itu, misal saat hari raya orang menyediakan kacang dan jagung, paman sudah menyediakan mente.
Karenanya saya selalu ingin pergi ke sana. Bahkan setelah kita pindah rumah jauh sekitar 10 km dari rumah paman, tetap saya selalu ingin ke sana. Untungnya ayah selalu di berbagai kesempatan khususnya hari libur mengajak kita sekeluarga ke sana.
Di sana, saya selalu kangen bermain pasir-pasiran yang memang dijual sebagai bahan bangunan itu. Lalu menikmati makanan yang cukup mewah, dan membaca koran. Setelah puas dan saat pulang, paman selalu memberi uang saku cukup banyak ke saya. Yang jelas, saya sangat puas kalau ke rumah paman.
Ada satu hal yang kalau saya renungkan sekarang, mengapa paman selalu seperti dalam keadaan bercukup. Bahkan saat persis di sebelahnya dibuka toko bahan bangunan yang lebih lengkap dan lebih besar, tokonya paman tetap eksis. Masih saja pembeli yang datang.
Setelah saya baca-baca, terlebih saat menulis serial ‘Rahasia Rezeki’ ini, saya menyadari apakah ini yang menjadi rahasia rezekinya. Begitu sederhananya, sampai saya merasa melewatkannya dan tidak mempraktekkannya. Tapi saya menyadari untuk mengamalkan rahasia rezeki ini memerlukan materi yang cukup. [TSA, 12/04/2012 subuh]
…
[dipotong]
~~~
Artikel ini bagian dari buku yang saya rencanakan untuk terbit. Rencananya ada 99 artikel yang berkaitan dengan rahasia rezeki. Untuk seri 1 sampai 10, anda bisa membaca secara lengkap di http://enerlife.web.id/category/rejeki/. Setelah seri itu, tak ditampilkan secara lengkap. Namun hanya setiap kelipatan seri 5 yang ditampilkan secara lengkap. Jadi pantau terus serial ‘Rahasia Rezeki’ ini.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .
kok kepotong2 artikelnya?pa sengaja nih sbg promosi bukunya?trus keluar kapan?
Hehehe… Coba cari artikel 1-10, dan kelipatan 5 misal artikel no. 90.