Tapi ada suatu petak sawah yang musim tanamnya terus menerus. Tak terpengaruh musim. Selalu menghijau. Saya pertama kali melihatnya heran. Dari mana air berasal? Bukankah tak ada sungai irigasi?
Oleh: Mochamad Yusuf*
Suatu pagi di hari minggu istri mengeluh pohon mangga di depan rumah. “Yah, kok mangga kita tak berbuah-buah ya. Padahal seluruh kampung sudah berbuah,” katanya. Lalu dia menyebut nama-nama tetangga yang mangganya sudah berbuah.
Saya diam. Ya, saya juga bertanya-tanya kenapa mangga saya tak berbuah. Padahal tanahnya sama. Tanah urukan dari gunung yang sama. Jenis mangganya sama. Bahkan mungkin dari bibit yang sama. Karena mangga ini ditanam oleh developer saat pembangunan awal dulu. Jadi setiap rumah di depannya pasti ada mangganya.
Secara umur juga seharusnya sudah berbuah. Karena kalau dihitung, berarti usia mangga saya sudah 10 tahun. Mangga berumur 4-5 tahun sudah berbuah.
“Ya bukan rejeki kita, ma,” jawab saya. Meski terasa asal menjawab, saya pikir ini ada benarnya. Dalam kitab suci, Tuhan banyak mengungkap bahwa tumbuhnya tanaman dan berbuah adalah bukti kekuasaannya.
Dulu waktu saya KKN, saya melihat bukti kekuasaanNya. Desa KKN saya berada di daerah yang tandus. Air sumur dalam sekali. Kalau musim kemarau sumurnya kering. Namun ada beberapa seperti danau yang menyimpan air saat hujan. Danau ini digunakan sebagai cadangan air bagi warga desa.
Meski tandus, di sana begitu banyak sawah. Namun pengairannya bukan dari irigasi, tapi dari air hujan. Jadi masa tanam saat musim hujan.
Di luar itu tanah kering. Merekah. Biasanya para petani kalau saat kemarau ini, membolak-balik tanah persiapan saat hujan tadi. Jadi masa tanam cuma sekali.
Tapi ada suatu petak sawah yang musim tanamnya terus menerus. Tak terpengaruh musim. Selalu menghijau. Saya pertama kali melihatnya heran. Dari mana air berasal? Bukankah tak ada sungai irigasi?
Ternyata di ujung sawah ada sumber air. Air menyembur keluar. Meski tak sederas mata air pegunungan, namun cukup banyak air yang keluar. Cukup untuk mengairi satu petak sawah itu.
Sungguh beruntung orang yang memiliki sawah itu. Karena sawahnya bisa ditanami pasi terus menerus. Pemiliknya 2 rumah di samping rumah yang saya tinggali. Saya tak mengamati secara dalam bagaimana keluarga itu. Yang jelas bagi saya, dia mendapat rejeki yang luar biasa.
Dulu waktu kecil, ibu saya selalu bercerita tentang keadaan ayah waktu masih muda. Saat belum menikah. Kata ibu, ayah memiliki ‘tangan hijau’. Sawah yang diolah pasti subur. Sehingga hasil panennnya melimpah. Dari keuntungan ini ayah membeli sawah yang lain. Terus sampai sawahnya banyak. Tak hanya sawah namun tambak, ayah juga ‘bertangan hijau’. Tambaknya semakin luas.
Demikian juga bunga. Kalau ibu menanam bunga atau memindah bunga ke tempat lain, sering akhirnya mati. Tapi bunga yang ditanam ayah selalu tumbuh hidup dan sehat. Ibu mengakui karunia yang diberikan pada ayah.
Kembali ke pohon mangga, saya mungkin tak diberi rejeki buah Mangga. Namun tetap saya syukuri, karena dengan hal ini saya jadi paham dengan kekuasanNya. Kelihatan sederhana, namun justru menunjukkan dengan gamblang kekuasaanNya dalam berbagi rejeki. [TSA, 20/07/2011 subuh]
~~~
Artikel ini bagian dari buku yang saya rencanakan untuk terbit. Rencananya ada 99 artikel yang berkaitan dengan rahasia rejeki. Untuk seri 1 sampai 10, anda bisa membaca secara lengkap di sini. Setelah seri itu, tak ditampilkan secara lengkap. Namun setiap kelipatan seri 5, akan ditampilkan secara lengkap. Jadi pantau terus serial ‘Rahasia Rejeki’.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI di SAM Design. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya atau di Facebooknya.
bhah dukun bagaimana rejeki saya bisa di terawang?sarat-saratnya bagaimana?
Ke gunung kawi saja, jangan ke blog ini. Hehehe.
artikelnya bagus mohon ijin paste ya
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..