Oleh: Mochamad Yusuf*
Kemarin bagi beberapa orang sudah melakukan puasa Ramadhan untuk tahun ini. Namun kebanyakan orang baru berpuasa hari ini. Sehingga kemarin salah satu topik yang jadi pembicaraan hangat saat saya bekerja adalah puasa.
Kebetulan sudah sebulan ini saya bekerja di tempat klien. Sebuah distributor suku cadang sepeda motor di SIER Rungkut Surabaya. Karena kerja sementara oleh klien disediakan tempat khusus. Empat buah meja disusun berhadap-hadapan, sehingga yang bekerja juga berhadap-hadapan. Maka sambil bekerja bisa enak untuk mengobrol.
Saya yang melihat beberapa teman lemas tidak bersemangat, berseloroh,”Lha belum puasa kok sudah lemas begini. Apalagi nanti saat puasa?” “Hehehe iya, Pak,” jawab mereka, “Enak Bapak sudah latihan.” Saya mendengar jawaban mereka hanya tersenyum.
Iya, mereka tahu saya sering latihan. Tentu saja latihan puasa. Yakni puasa sunnah. Saya memang sebelumnya sering berpuasa, karena memang diminta oleh Rasulullah untuk memperbanyak puasa sunnah di bulan sebelum Ramadhan yakni bulan Syaban.
Meski begitu bagi saya saat Ramadhan tiba, puasa juga terasa berat. Namun latihan memang sedikit membantu, daripada tidak berlatih sama sekali. Tentu dengan tidak latihan selain membuat kaget tubuh, membuat badan juga tidak siap sehingga bisa lemas dan tidak bersemangat.
Tentu perintah Rasulullah itu betul adanya untuk memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban. Yakni untuk mempersiapkan diri sebelum puasa wajib di bulan Ramadhan. Memang tanpa berlatih dan persiapan bisa saja langsung puasa. Tapi persiapan dan berlatih itu penting.
Saya teringat ucapan Zidan beberapa hari sebelumnya. Saat itu Zidan lulus SD dan berkeinginan masuk ke SMP favorit. Sebuah keinginan yang tidak mudah, karena harus bersaing dengan lulusan yang lain.
Tiba-tiba pemerintah kota membuat kebijakan seleksi masuk sekolah favorit, yang dinamakan sebagai sekolah jalur kawasan, dengan menggunakan tes TPA. TPA adalah Test Potensi Akademik. Sebuah tes yang mengukur kecerdasan dasar seseorang.
Tentu saja ini membuat kontroversi. Banyak yang kontra. Karena banyak yang tidak tahu TPA itu apa. Mereka takut dengan seleksi TPA itu yang mengakibatkan gagalnya masuk sekolah yang diimpikan.
Namun kata psikolog Unair yang disewa oleh pemkot untuk seleksi ini, TPA bermaksud mengukur kecerdasan yang sudah dimiliki oleh seseorang. Kecerdasan yang dimiliki sejak lahir. Karena itu tidak perlu belajar. Hanya perlu ketenangan dan konsentrasi penuh.
Meski begitu, saya mencoba mempersiapkan Zidan mengadapi TPA. Saya belikan buku-buku TPA. Juga saya carikan dan download dari internet. Sebenarnya susah mencarinya. Karena kebanyakan untuk tes masuk S!, S2 atau beasiswa. Bukan khusus untuk tes SMP.
Zidan yang kesusahan mempelajari hal itu semua jadi protes. “Ini untuk S2. Saya lho malah belum S1. Yah, kata koran kita tidak perlu belajar. Cuma butuh ketenangan saja,” protes Zidan suatu ketika.
Saya tidak mendengarkan protes Zidan. Tetap memaksa Zidan untuk mempelajarinya. Saya hanya minta mempelajarinya semaksimal mungkin. Yang tidak bisa dan tidak cocok, ditinggal saja. Ya, saya terpaksa memilihkan bagian-bagian mana yang bisa dipelajari dan mana tidak.
Setelah selesai tes, saya tanya bagimana. Dia menjawab bisa mengerjakan. Katanya banyak dari latihan (buku dan internet) yang keluar. Alhamdulillah. Saya tenang dia menjawab begini. Ada harapan. Minimal bisa masuk ke SMP pilihan kedua.
Dan ternyata akhirnya malah dia keterima di pilihan pertama, SMP 12. Sebuah sekolah yang sudah jadi targetnya sejak kelas 5. Dan juga merupakan sekolah saya dulu.
Waktu dinyatakan diterima saya bilang, “Betul kan ayah bilang. Apapun itu persiapan itu penting. Dengan belajar mempersiapkan diri kamu siap mengerjakan TPA. Minimal tidak kaget dan bingung dengan pola soal TPA.” Zidan mengangguk.
Saya memang menekankan ke Zidan saat dia malas dan tidak bersemangat menghadapi tes TPA, dengan mengatakan berkali-kali bahwa persiapan dan latihan itu penting.
Bahwa sebenarnya dalam hidup, persiapan dan latihan itu perlu. Seorang penyanyi saat manggung, dia melakukan latihan yang cukup lama. Demikian juga saat olahragawan bertanding, dia berlatih cukup lama dan keras. Memang kadang rasanya tidak masuk akal. Sebuah pertunjukan atau pertandingan sejam, tapi latihannya bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Persiapan dan latihan memastikan penampilan bisa maksimal.
Demikian juga puasa di Ramadhan ini. Kalau puasa Ramadhan dianggap sebagai lomba marathon sebulan penuh, harusnya di 11 bulan lainnya kita berlatih dan mempersiapkan diri menghadapinya. Jangan sampai kita kalah dalam perlombaan marathon ini. Harusnya menjadi pemenang dan mendapat hadiah. Yakni lailatul qadar dan jiwa yang bersih seakan barusan dilahirkan.
Bagaimana persiapan Anda untuk Ramadhan tahun ini? [SUMA, 10/7/2013 siang]
<em>Pernik Ramadhan adalah tulisan yang saya usahakan rutin saya tulis setiap hari selama bulan Ramadhan 1434H/2013M. Semoga tulisan ini membawa manfaat bagi kita semua. Amin. </em>
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang II, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://www.yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://www.facebook.com/mcd.yusuf.