Oleh: Mochamad Yusuf*
Apa sebenarnya tujuan dari ibadah puasa?
Seseorang mengatakan bahwa dengan melakukan puasa, maka timbul empati kepada rakyat miskin. Dengan puasa dapat merasakan bagaimana tidak enaknya lapar. Apalagi sengsaranya dalam kehausan. Dengan mengetahui tidak enak dan sengsaranya kelaparan, maka diharapkan yang kaya lebih tergerak hatinya untuk menolong yang miskin.
Betul. Betapa tidak enaknya jadi orang tidak punya. Mereka lapar dan haus, bukan karena puasa atau saat-saat tertentu seperti di bulan puasa. Tapi mereka terpaksa melakukan hal ini dalam keseharian, karena tidak ada yang dimakan. Kalau minum, saya pikir masih bisa dapat. Tidak ada yang dimakan, karena tidak ada uang untuk membeli bahan-bahannya.
Sedangkan orang berpuasa, tidak makan dan minum karena ditahan. Mereka tahu pada jam tertentu, mereka sudah boleh makan. Maka yang terjadi, mereka menumpuk makanan. Ada jajan seperti gorengan. Ada yang manis-manis seperti kolak. Belum sayur dan buah. Kadang masih ada kue kering atau snack. Sehingga di waktu tertentu itu saat mereka boleh makan dan minum, mereka lupa bagaimana sengsaranya saat lapar dan haus.
Ada yang mengatakan berpuasa untuk lebih sehat. Bagaikan mesin di pabrik, saat-saat tertentu berhenti untuk dilakukan perawatan. Dibersihkan, diberi oli, yang rusak/aus dilepas dan diganti yang baru. Demikian juga alat pencernaan tubuh. Setelah berhari-hari bahkan berbulan-bulan, alat pencernaan bekerja siang dan malam maka di bulan puasa, tubuh sempat istirahat sejenak.
Betul. Sudah banyak penelitian yang mengatakan manfaat puasa ditinjau dari kesehatan. Tidak hanya alat pencernaan bisa melakukan ‘overhaul’, tapi mengurangi bertambahnya anasir-anasir jahat yang mengotori darah dan saluran kencing. Namun saya tak tahu, setelah istirahat saat berpuasa, tapi kemudian saat berbuka semua makanan masuk, alat pencernaan dipaksa bekerja. Bekerja keras. Apakah hal ini tidak ada efeknya.
Tidak penting apa tujuannya. Yang penting dikerjakan. Sebagai ibadah, seharusnya tidak ditanyakan apa tujuannya. Sami’na wa atho’na. Apa yang diperintahkan, kita jalankan. Bagaikan prajurit, kita siap menjalankan perintah komandan. Tak perlu menawar, tak perlu bertanya, langsung ‘siap kerjakan’.
Ibadah juga bukan sesuatu yang harus dinalar, dilogika. Syukur kalau dapat ditemukan nalar dan logikanya terhadap latar belakang sebuah ibadah. Tapi kalau belum tidak ditemukan nalar dan logikanya, seharusnya tidak mengurangi semangat beribadah tersebut.
Kembali ke puasa, saya kira banyak sekali tujuan yang bisa diharapkan dalam melakukan ibadah puasa. Sebagian seperti dijelaskan di atas. Tapi ada satu hal yang cocok untuk situasi Indonesia saat ini. Yakni saat Indonesia dikenal sebagai negara yang tingkat korupsinya tinggi.
Apakah itu?
Bagi saya, berpuasa dengan benar akan belajar membentuk karakter jujur dan meningkatkan derajat kejujurannya. Jujur pada dasarnya, percaya bahwa selain dirinya ada ‘yang lain’ yang mengetahuinya. Dia tahu meski tidak ada manusia lain yang mengetahuinya, dia tetap merasa diawasi oleh yang lain. Sehingga mereka tidak berani. Inilah yang dinamakan jujur.
Sebenarnya berpuasa itu sesuatu yang gampang menipu kalau mau. Siapa yang mau mengawasi seseorang selama puasa, meski orang tua dari seorang anak? Padahal dalam berpuasa, ada saat manusia lain tidak melihatnya. Maka bisa saja, dia makan minum, tapi tetap mengaku dan beraksi seakan masih berpuasa. Tapi kenyataannya mereka yang berpuasa tidak mau melakukan. Hal ini karena mereka jujur.
Karena itu kenapa Allah mengatakan bahwa semua ibadah ada hitungan pahalanya. Tapi untuk ibadah puasa, pahalanya akan ditentukan sendiri oleh Allah. Karena ibadah puasa itu untuk Allah.
Seandainya masyarakat Indonesia benar-benar melakukan ibadah puasa dengan benar, apalagi sejak kecil sudah dilatih berpuasa, ada harapan untuk selalu jujur dalam segala hal. Tidak hanya saat berpuasa, tapi juga dalam berbisnis, belajar, bekerja dan lainnya. Maka kalau belajar tidak mau mencontek. Kalau bekerja dan berbisnis tidak mau korupsi. Dan lain sebagainya.
Sungguh seharusnya ibadah puasa ini, kita jadikan momentum untuk belajar jujur dan menerapkan kejujuran dalam semua tingkah laku dalam kehidupannya. [TSA, 14 Ramadhan 1433H / 2 Agustus 2012M subuh]
~~~
<em>Serial <a href=”http://www.yusuf.web.id/2012/resolusi-ramadhan-1433h2012-m/”>“Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara”</a> ini adalah <a href=”http://www.yusuf.web.id/2012/resolusi-ramadhan-1433h2012-m/”>janji saya di awal bulan puasa 2012</a> untuk membuat sebuah kegiatan yang bermanfaat dan berbeda dengan Ramadhan-Ramadhan saya yang lain. Yakni membuat sebuah tulisan setiap harinya selama bulan Ramadhan. Semoga bisa! Amin.</em>
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .