Oleh: Mochamad Yusuf*
Ada yang menarik dalam kegiatan saya kali ini. Yakni saya melakukannya bersama Zidan, anak laki saya. Saya memang sering melakukan kegiatan bersama dengannya. Seperti main game multiplayer. Atau nonton film bareng.
Kadang saya bersyukur memiliki anak sulung yang laki-laki. Karena saya bisa meneruskan hobi yang dulu bisa saya lakukan saat bujang. Karena sekarang tetap bisa melakukan hobi dengan adanya teman. Seperti main game itu.
Dulu saat masih bujang, saya betah di kantor. Apalagi malam minggu. Bisa malam mingguan di kantor. Hehehe. Saat bujang saya bisa pulang terlambat atau baru pulang larut malam. Karena itu saya bisa bermain multiplayer bersama teman-teman. Tapi sejak menikah, agar susah untuk nglembur di kantor dengan alasan yang tidak jelas seperti ini. Hehehe.
Dengan memiliki anak cowok ini, saya seperti memiliki teman lagi. Sekarang lebih istimewa, karena teman ini ada di rumah juga. Sehingga saya bisa bermain multiplayer bersamanya di rumah.
Tapi usia memang tidak bisa dikalahkan. Saat bermain multiplayer ini kerap kali saya harus kalah. Awalnya saya sering menang. Tapi dia cepat belajar. Mulailah saya sering kalah. Dan setelah itu selalu kalah. Bahkan saya sampai ‘divoor’ pun juga tetap kalah. Kalau seperti ini sangat ngambek, tidak mau main. Hehehe.
Demikian juga kegiatan pendakian kali ini.
Awalnya saya tidak berencana mengajaknya. Namun saat meminta izin ke istri, saya katakan Rusdi, penggagasnya, juga mengajak anaknya, maka istri mengusulkan juga untuk mengajak Zidan. Kebetulan Zidan dan anaknya Rusdi sudah kenal akrab.
Dan Zidan setuju saat saya ajak naik gunung. Bahkan adiknya, Zelda, juga minta ikut. Sesuatu yang ditangisi sampai lama karena dia tidak diajak ikut. Bahkan dia masih marah saat kita sudah pulang ke rumah. (Nanti, kamu juga ada waktunya untuk Ayah ajak naik gunung. Jangan menangis lagi ya, Zel.).
Ternyata Zidan mengalahkan saya lagi dalam kegiatan pendakian ini. Zidan sepertinya memiliki tenaga lebih. Sehingga kuat saja dan tidak merasa lelah mendaki. Dia malah selalu ada di barisan depan dalam rombongan.
Sedangkan saya, harus sering berhenti untuk beristirahat. Menghilangkan lelah dan mengumpulkan tenaga kembali. Sekalian juga berdoa semoga saya kuat sampai puncak. Dan tentunya berdoa juga kuat untuk kembali turun. Hehehe. Hampir saya selalu di barisan belakang dalam rombongan. Itu pun masih ditambah dengan kegiatan jatuh bangun. Hehehe.
Ternyata sekali lagi, saya harus menyerah. Tapi kali ini, saya tidak mau ngambek. Tapi harusnya menerima keadaan. Harus sadar usia. Hehehe.
~~~
Pelajaran kelima:
Ingatlah usia. Hehehe. [Pare, 24/12/2012 malam. Ditulis menggunakan tablet]
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang TI, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .
Pingback: Tapi usia memang tidak bisa dikalahkan. « ..| Home of Mochamad Yusuf |..
Pingback: Tapi usia memang tidak bisa dikalahkan. « ..| Home of Mochamad Yusuf |..