Sudah 3 hari ini saya bekerja di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara. Jadi hanya selemparan batu ke pagar Istana, tempat kerjanya Presiden Jokowi.
Tadi Maghrib karena sudah selesai pekerjaan, maka saya punya waktu luang. Maka saya berniat mengelilingi istana. Sebenarnya beberapa kali saya berjalan di depan istana, bahkan pernah 2 kali berfoto persis di sebelah pagar tempat tiang bendera yang legendaris tiap tanggal 17 Agustus itu.
Setiap saya melintas istana, tentu di jalan seberang istana dekat pagar Monas, jadi ada keinginan untuk mengelilingi istana ini. Yang jelas saya sudah 2 kali mengelilingi istana Bogor, sekali saat kelas 3 SMA dan beberapa tahun lalu.
Karena itu tadi saya tuntaskan keliling istana ketika ada kesempatan. Saya mulai dari kantor wakil presiden. Itu berarti sisi timur istana. Lalu habis, berbelok ke kiri. Berarti ini belakangnya istana, atau sebelah utara istana.
Terus berjalan kemudian habis, berbelok ke kiri. Berarti masuk ke bagian barat istana alias sisi kiri istana. Jalan ini lurus ke Monas. Di sisi ini ada pintu masuk ke kantor Sekretariat Negara.
Habis jalan berarti ke kiri. Ini daerah angker. Hehehe, karena depan istana persis. Saya jalan, namun sebelum sampai pintu gerbang paling kiri seorang berseragam hitam-hitam dengan senapan MP5 keluar dari kegelapan taman, mengusir saya dari jalan depan istana.
Saya santai saja. Hehehe. Nggak perlu takut. Tampak di sebelah saya ada 3 tentara yang keluar dari markas, berbaris sepertinya mau oplosan.
Karena saya dilarang berjalan di depan pagar, saya menyeberang. Namun saya tidak sampai menyeberang jalan. Tapi jalan di taman di tengah jalan. Kebetulan taman depan istana lagi dipasang panggung, maklum mau 17 Agustusan.
Saya jalan terus, belum sampai pagar istana habis saya menyeberang kembali di sisi depan istana. Namun jauh lagi jalannya karena istana sudah habis.
Saya belok ke kiri. Ini sisi kanan istana atau sebelah timurnya. Jalan atau trotoar di sisi ini yang paling lebar. Saya terus jalan sambil melihat taman depan istana. Akhirnya sampai di kantor Dewan Pertimbangan Presiden.
Ini kalau diteruskan kembali ke tempat saya mulai, tapi saya menyeberang. Persis di perbatasan kantor Mahkamah Agung dan Kementerian Sekretariat Negara. Akhirnya selesai sudah saya mengelilingi istana.
Tapi tidak seperti bayangan saya, jalan buat pejalan kaki sekeliling istana atau lebih tepatnya trotoar jelek. Bahkan di belakang istana, tidak ada jalan buat pejalan kaki. Di sisi barat, malah jalannya rusak. Retak-retak. Dan saya lihat selokannya banyak sampah daun kering.
Karena jalannya tidak rata, saya harus berhati-hati untuk melangkah. Jangan sampai jatuh karena terantuk. Saya bandingkan dengan rumah dinas Gubernur Jatim atau kantornya Walikota Surabaya, jauh sekali. Sangat nyaman mengelilingi mereka. Juga cukup lebar.
Entah, apa karena ada larangan berjalan di samping pagar istana sehingga trotoar sekeliling istana tidak diperhatikan. Yang jelas selama mengelilingi istana itu, saya hanya berpapasan dengan 3 orang. Yakni sepasang bule di sisi barat istana dan seorang penyapu di sisi timur.
Mungkin lain kali perlu perhatian pemerintah, siapa tahu jadi tujuan wisata. Tapi minimal istana tidak berjarak dengan rakyatnya. Membuat rakyat dekat dengan istana dan harusnya termasuk penghuni di dalamnya. Bukan sebaliknya. Betul begitu kan?
Bagaimana menurut Anda?
~~~
*Ini tulisan lama di Facebook yang kembali dipublikasi ulang. Kami tak mencatat kapan tulisan ini ditulis di Facebook pertama kali.
Pengalaman yang menarik ya.. Perlu sekali dalam hidup dilakukan. Hehehe.