Contact us now
+6289-774455-70

Mengapa Saya Beralih ke Android

Hampir semua OS ponsel sudah pernah saya gunakan. Kecuali IOS, OS-nya Iphone. Saya tak pernah memilikinya, meski pernah mencobanya. Dari pengalaman itu, saya merasa paling sreg dengan Andoid.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Sebenarnya bukan beralih. Karena toh sampai sekarang saya masih menggunakan Windows dan Symbian. Memang ponsel yang utama saya pakai sekarang ini menggunakan Android. Jadi Symbian dan Windows sudah bukan ponsel andalan lagi bagi saya.

Entah sudah berapa banyak bekas kardus bekas pembungkus ponsel yang menumpuk di atas lemari. Mungkin lebih dari 10. Ya, selama ini saya kalau membeli ponsel tak berniat menjualnya kembali. Seingat saya, saya hanya satu kali menjualnya ke umum. Itu pun gara-gara ponselnya rusak.

Jadi setiap membeli ponsel selalu berpikir untuk memakainya sampai bosan atau rusak. Tak berniat untuk dijual kembali. Kebanyakan kalau sudah bosan diberikan/dijual murah meriah ke kerabat. Dan biasanya tak perlu saya berikan berserta kardusnya. Jadi kardus makin menumpuk di rumah. Hehehe.

Lalu kenapa saya beralih ke Android?

Saya sebenarnya pengguna lama Symbian. Saya beralih ke Symbian saat saya perlu sebuah ponsel hiburan. Karena selain saya memang suka game, kadang dalam pekerjaan saya harus menunggu. Misal: saat mau meeting saya harus menunggu dulu kesiapan klien. Kadang hanya beberapa menit, namun kadang sampai beberapa jam.

Akhirnya saat Nokia mengeluarkan ponsel game N-Gage, saya dengan gembira menyambutnya. Dan saya senang dan puas dengan ponsel ini. Sampai suatu ketika, ponsel kesayangan ini hilang. Karena saya suka dengan tipe ponsel ini, maka saya bermaksud mengganti dengan ponsel yang sama.

Ternyata sudah tak dijual lagi. Yang ada N-Gage QD. Maka saya pikir tak apa, toh sama-sama N-Gage. Bahkan lebih baru. Ternyata N-Gage yang lama (klasik) lebih bagus. Meski begitu N-Gage QD sampai sekarang masih aktif saya gunakan.

Dalam pengalamanan penggunaan ponsel, ternyata saya butuh ponsel dengan keyboard QWERTY seperti papan ketik PC. Kebetulan waktu itu trendnya Blackberry (BB), maka saya putuskan membeli Motorola Q8.

Motorola Q8 ini ponsel dengan papan ketik QWERTY dengan OS Windows Mobile 6.0. Yang saya suka kemudahan melakukan sinkronisasi dengan Microsoft Outlook untuk kontak dan kalender.

Tapi ada kelemahan mendasar ponsel ini bagi saya. Yakni tidak ada aplikasi yang enak, mudah dan reliable untuk mengirim SMS massal. Maka saya putuskan membeli Nokia 5230.

Ponsel 5230 ini adalah ponsel dengan layar sentuh. Tipe ini sebenarnya versi murah dari 5800. Jadi spesifikasinya sama persis. Perbedaan hanya pada kamera dan wifi.

Ponsel cerdas yang menggunakan Symbian S60 edisi 5 ini selalu menemani saya beraktivitas. Bila saya olah raga, ada Endomondo dan GPS di ponsel. Juga pemutar musiknya. Kalau bepergian ke luar kota, Nokia ini memberikan petunjuknya lewat Garmin yang terinstall di dalamnya. Dan dia bisa mengirim sms secara massal dan reliable.

Saya puas dengan ponsel ini. Suatu ketika layarnya rusak seperti TV yang antennanya tak pas. Dengan terpaksa saya melepaskannya. Tapi saat mau membeli penggantinya, jaman sudah mulai berubah. Sehingga saya tak mau membeli Nokia lagi. Saya ingin mencoba Android.

Akhirnya saya putuskan membeli Sony Ericsson X8 yang menggunakan OS Adnroid 1.6 (Donut). Sangat jadul, karena Froyo (2.2) sudah keluar. Tapi untung ada update dari pabriknya meski hanya Eclair (2.1).

Oh ya, saya sempat menggunakan ponsel Blackberry Gemini dengan OS BB 6.0. Sungguh saya tak puas dengan BB ini. Tak ada aplikasi hiburan, dan yang sangat menjengkelkan sering hang. Sehari bisa 3 kali. Kalau hang, harus mencabut baterai dan bootingnya cukup lama.

Jadi hampir semua OS ponsel sudah pernah saya gunakan. Kecuali IOS, OS-nya Iphone. Saya tak pernah memilikinya, meski pernah mencobanya dari Iphone teman.

Dari pengalaman itu, saya merasa paling sreg dengan OS Andoid. Ada beberapa alasan kenapa saya memberikan penilaian seperti ini:

1. Fleksibel
Di Android ini, semua hal bisa dikonfigurasikan. Artinya kita punya fleksibilitas memilih sesuai keinginan kita. Contoh paling nyata adalah tampilan keyboard. Kalau tak puas dengan cara mengetik dengan papan ketik yang disediakan oleh pabrik, kita bisa memilih aplikasi papan ketik yang dibuat orang lain.

Atau ini, yang bikin saya geleng2, saya tak puas dengan aplikasi pengirim sms yang disediakan pabrik. Maka saya bisa mencari aplikasi lain yang fungsinya bisa mengirim sms. Dan ternyata banyak sekali. Dan banyak juga yang bagus. Sampai saya bingung memilihnya. Pernah malah saya install semua. Hehehe.

Jadi di Android kita memiliki keleluasan untuk mengatur ponsel kita, dari tampilan, aplikasi dan gaya-gaya penggunaan kita sehari-hari.

2. Aplikasi yang banyak dan gratis
Saya paling tersiksa saat memiliki ponsel Motorola Q8 itu. Karena saat cari aplikasi susahnya minta ampun. Kalaupun ketemu, kerap tak mau diinstall. Ini berbeda dengan saat punya Nokia. Di Nokia 5230, saya tak kesulitan mencari aplikasi karena ada Ovi Store.

Lha, Android seperti Nokia itu. Tapi aplikasinya lebih banyak lagi. Contoh saat mencari aplikasi papan ketik, kita tinggal mencari di Google Market (sekarang Google Play). Di sana banyak tersedia. Semuanya bagus. Sedang saat di Nokia hanya terbatas.

3. Pilihan file instalasi
Saat di Nokia untuk menambah game atau aplikasi, kita bisa memilih gamenya di PC, namun download tetap harus lewat HP. Padahal HP saya tak ada wifi, jadi lumayan menguras pulsa.

Di Android juga hampir sama dengan Nokia itu. Kita bisa memilih di PC, dan didownload lewat ponsel. Bisa pakai wifi atau koneksi.

Namun di luar itu, kita bisa mencarinya di internet. Filenya dalam format .apk. Kita bisa menginstall dengan memindahkan ke sd card, dan dari sana kita bisa install.

Di Nokia sebenarnya bisa. Filenya dalam format .sis. Namun kebanyakan gagal install. Karena Nokia minta file yang mau diinstall harus signed. Ini agak susah mencarinya, meski kita bisa mengakali dengan menjadikan signed. Tetapi tetap saja agak susah.

4. Upgrade sendiri
Ini adalah kelebihan utama dari Android. Sebenarnya OS lain juga demikian. Namun ini lebih pada OS yang sudah disediakan pabriknya untuk tipe tertentu. Misal: dulu saya sempat mengupdate OS Nokia 5230. Saya download source-nya dari internet dan dengan aplikasi yang sudah disediakan, kita tinggal mengupdate dengan mudah. Next-next-next. Dan selesai.

Sayangnya ini hanya terbatas pada OS yang disediakan pabriknya untuk tipe itu. Padahal developer OSnya sudah mengeluarkan versi-versi lebih baru. Lebih canggih. Tapi selama tidak ada untuk tipe itu, ya kita hanya gigit jari.

Sebenarnya Android juga sama. Seperti X8 saya. Dari pabriknya hanya 1.6. Padahal saya itu Google sudah merilis 2.2. Untung Sony Ericsson memberikan updatenya. Namun hanya versi 2.1. Dan tetap bersikukuh tak memberikan update, meski kelak Google mengeluarkan versi-versi lebih baru.

Tapi dengan Android, ini tak masalah. Di internet banyak sekali orang yang membuat OS dengan based yang dirilis Google untuk tipe ponsel tertentu. Jadi kita bisa mengupdate sendiri dengan OS versi terbaru. Bahkan kita bisa memilih tampilan dan fungsi khusus tertentu. Misal kita bisa memilih OS yang dirancang untuk game dan seterusnya.

(Saya akan menuliskannya di artikel lain tentang bagaimana mengupgrade OS sendiri ini. Jadi ikuti terus blog TechKnow ini).

5. Meningkatkan performance
Ini juga yang membuat saya geleng-geleng terhadap Android. Dulu waktu punya PC, saya pernah meningkatkan kecepatan prosesor dari standarnya. Istilah umumnya overclock. Jadi tanpa perlu mengganti prosesor, kita bisa mendapat prosesor yang lebih cepat.

Dan ini bisa kita lakukan di ponsel kita. Syaratnya ya pakai Android itu. Misal: prosesor X8 Shakira saya memiliki kecepatan standar 600 Mhz. Dengan sedikit otak-atik, kita bisa meningkatkan kecepatannya menjadi 650 Mhz bahkan sampai 800 Mhz.

Hasilnya lebih kencang. Memang ada konsekuensi yakni baterai lebih panas dan tak stabil. Tapi kita bisa meningkatkan sedikit dulu, misal ke 650 Mhz. Kalau masih oke, kita bisa meningkatkan lagi. Namun seharusnya kita meng-over clock tak terus menerus, misal: hanya saat bermain game yang berat. Setelah selesai, kita bisa mengembalikan ke kecepatan semula.

Jadi itulah alasan kenapa saya sekarang beralih ke Android. Mungkin masih banyak alasan-alasan lain. Tapi sementara ini dulu yang bisa saya tulis. Kalau Anda, alasan apa beralih ke Android? [TSA, 21/05/2012 subuh]

~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .

One Comment - Leave a Comment
  • Leave a Reply