Oleh: Mochamad Yusuf*
Bila kita sempatkan membaca koran, melihat TV atau melongok blllboard, akan banyak sekali kita temukan promo dari operator seluler. Ada yang menawarkan ponsel bundling, ada pemberian SMS gratis, tawaran internet murah, pelayanan Blackberry terjangkau dan lainnya.
Kebanyakan promosi murah bahkan gratisan harus menggunakan kartu perdana baru yang diaktifkan setelah tanggal tertentu. Sehingga harus membeli kartu perdana lagi. Ini bikin ribet yang tak mau ‘memelihara’ banyak nomor. Atau tak mau repot dengan berpindah ke nomor (operator) seluler lain.
Lalu sikap apa yang bisa kita lakukan?
Beberapa orang, termasuk istri saya, cuek saja dengan berbagai promosi ini. Setiap SMS promo dari operator dari seluler, langsung dihapus. Tanpa dibaca. Promo-promo yang bertebaran di koran, TV dan billboard, dicueki. Mungkin pelayanan dari operator saat ini sudah dirasa baik, atau sudah cukup.
Saya juga awalnya demikian. Apalagi saya termasuk loyal dengan operator yang saya pakai saat ini. Sejak memiliki ponsel pertama kali di tahun 1999, saya tak pernah berpindah ke operator lain.
Memang awalnya sempat mencoba XL. Tapi ini hanya sekitar 2 bulan. Karena jangkauannya yang terbatas, tidak sampai ke desa. Jadi pas mudik, ponsel tak berfungsi. Hanya sebagai pajangan. Jadi harus ganti ke operator yang bisa menjangkau ke pelosok.
Setelah ganti ke Simpati, saya tak pernah ganti ke operator lain. Sampai saat ini. Berbagai tawaran promosi dari operator lain saya abaikan.
Lalu beberapa waktu lalu, saya membeli ponsel baru. Sebenarnya saya membeli ponsel ini, karena ingin merasakan OS Windowsnya. Karena ponsel lama saya suka, Nokia N-Gage, maka tidak saya jual. Rencananya ponsel lama ini buat anak saya, Zidan. Karena kekuatan ponsel ini memang untuk mainan.
Karena itu saya perlu SIM card (kartu perdana) untuk membuat ponsel hidup. Supaya fungsi ponsel N-Gage ini bisa tetap ‘hidup’. Saya bisa saja menggunakan Simpati seperti yang saya miliki.
Saat ini saya dan istri bekerja. Berangkat dan pulang bareng. Pagi sudah berangkat dan baru malam kembali ke rumah. Karena itu komunikasi dengan Zidan sangat perlu. Istri bisa telpon beberapa kali sehari ke Zidan.
Sehingga klop, kalau Zidan memiliki ponsel sendiri. Karena normalnya, kita baru berkomunikasi setelah dia pulang sekolah. Padahal dia pulangnya sore hari, sekitar pukul 4. Ya, dia sekolah di fullday school.
Tapi kita tak mau dia juga bisa menelpon, karena kita yang menghubungi dia. Intinya kita tak mau banyak mengeluarkan pulsa untuk menghidupkan ponselnya. Kita butuh operator yang bisa memberi ‘masa hidup’ yang paling lama dengan biaya seminimal mungkin.
Dari sinilah saya belajar memanfaatkan gratisan dari operator seluler. Lalu operator apa yang akhirnya saya pilih? Baca kelanjutan serial ini ya… [TSA, 27/4/2010 subuh]
[BERSAMBUNG]
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI di SAM Design. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya atau di Facebooknya.
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..
Enak kalau kita bisa memanfaatkan gratisan dari seluler. Karena saya yakin musim gratisan ini tak lama. Jadi mumpung masih ada, kita nikmati. Hehehe.