Rasanya bangga mendengar perjuangannya untuk kuliah di Indonesia. Dia percaya kualitas pendidikan kita lebih bagus. Tapi kini saya prihatin, karena sekarang banyak pelajar kita kuliah di Malaysia.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Dua kali kuliah, 2 kali pula saya mendapat teman sekelas dari luar negeri. Mungkin ada yang mencibir, “Saya sih biasa. Banyak teman saya sekelas juga dari luar negeri. Bahkan dari berbagai negara.” Ya, ini kemungkinan besar dia kuliah juga di luar negeri. Hehehe.
Dulu saat kuliah S1, aneh juga rasanya ada seorang pelajar negara lain mau belajar di Indonesia. Dan bukannya kuliah di Jakarta, tapi malah ambil kuliah di Surabaya. Sebuah kota bukan ibukota negara.
Kini, hal itu makin terasa aneh lagi, karena justru banyak pelajar dari negara kita yang kuliah di negara jiran seperti Singapura bahkan Malaysia! Entah, apakah mereka seperti pelajar Malaysia tersebut masih mau belajar di Indonesia lagi saat ini atau tidak.
Lho, kenapa dengan Malaysia? Betul, teman sekelas waktu S1 itu dari Malaysia. Dia cewek. Saya lupa dari mana negara asalnya. Entah Penang atau Kedah.
Sebenarnya di prodi (program studi) yang saya tekuni, juga ada kakak kelas dari Malaysia. Yang kakak kelas ini adalah seorang cowok. Dan ada beberapa lagi di prodi lain. Yang saya ingat ada di Sosiologi. Yang terbanyak ada di sastra Indonesia dam fakultas Kedokteran.
Dulu saya berpikir, mereka bisa kuliah ini karena ada inisiatif dari kedua negara. Misal: perjanjian pertukaran mahasiswa atau bantuan pengembangan pendidikan bagi negara sahabat.
Ini seperti yang saya tahu sekarang, yakni bantuan beasiswa untuk mahasiswa-mahasiswa dari negara bekas Uni Soviet seperti Azerbaijan, Kazakhstan dan lain-lain. Saya pernah melihatnya di sebuah universitas di Surabaya.
Tapi teman saya Malaysia ini tidak. Katanya, dia ya sama dengan aku. Yakni mengikuti ujian UMPTN. Dia mengikuti ujian itu di kedubes Indonesia di Malaysia. Dia tentu saja belajar hal yang sama dengan apa yang saya pelajari, karena soalnya juga sama.
Mendengar perjuangannya untuk kuliah di Indonesia, bahkan di kampus saya, rasanya bangga. Mereka mempercayai kualitas pendidikan kita lebih bagus daripada mereka. Sehingga mereka berbondong-bondong kuliah di Indonesia.
Tetapi kalau sekarang, saya justru prihatin. Karena kini justru banyak pelajar Indonesia yang berbondong-bondong kuliah di Malaysia. Bahkan di sebuah jalan ada spanduk besar yang mengajak pelajar Indonesia untuk kuliah di Malaysia. Entah apakah mereka, pelajar Malaysia, masih mau kuliah di Indonesia apa tidak sekarang ini.
Namun saya masih bersyukur, karena ada pelajar negara lain yang masih menganggap unggul pendidikan kita. Yakni pelajar dari negara jiran, bekas propinsi ke-27 kita. Betul, teman saya saat kuliah S2 ini dari Timor Leste. Dia seorang cowok.
Saat ini kualitas pendidikan kita mungkin masih unggul dibanding Timor Leste. Tapi entahlah nanti. Tapi jangan sampai kelak, saat Zidan mulai kuliah, pelajar Indonesia yang malah kuliah di Timor Leste. [TSA, 15/3/2012 malam]
~~~
Tulisan iseng ini hanya memperingati, ternyata saya bisa melewati juga keprihatinan babak II ini. Tujuan tulisan ini untuk memberi semangat anak-anak saya untuk selalu belajar. Semoga kelak Zidan dan Zelda membaca tulisan ini. Tulisan-tulisan tentang ini bisa anda ikuti di serial ‘Master of Facebook’.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah magister komunikasi yang meneliti tentang Facebook. Karenanya dijuluki temannya sebagai Master of Facebook. Dia adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.
Masih banyak kok pak dari negeri jiran kuliah di Indonesia, meskipun kemarin gosipnya gak boleh ada mahasiswa dari negeri jiran karena konflik antar dua negara. Di kampusku banyak banged yg kuliah di kedokteran. Alumni fikom (dulu publisistik) yang jadi pejabat negara di jiran juga ada. Gak hanya tersebar di kampus negeri, kampus swasta pun juga banyak, banyak dari mereka yang rata-rata kuliah di kedokteran. Konon katanya kuliah kedokteran di Indonesia lebih syip karena di Indonesia praktek bedah dll pake manusia yang mati tanpa identitas, tidak seperti di Australia yang hanya pake boneka 😀
Kedokteran ya? Dan fikom jaman dulu ya? Kalau sekarang kedokteran mungkin, lha yang lain?
bondia, itu selamat pagi bahasa tetum.
siapa tuh nama mahasiswa s-2 timor leste, calon pengganti ramos horta.
obrigado, terimakasih….
@Jojo
Namanya Isaac. Fotonya saya pampang di atas. Dia manajer tim nasional sepak bola Timor Leste, katanya. dan kata teman2, dia calon menteri olah raga. Hehehe.
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..
haiii
@defriani
Hai juga… Btw, mana komentarnya?