Ketika ditanya waktu kuliah oleh atasan, saya jawab apa adanya. Lama dia berpikir. Sepertinya mencari kalimat yang pas. Akhirnya dimulailah perbincangan panjang. Saya tahu maksud pembicaraan ini.
Oleh: Mochamad Yusuf*
Ketika keputusan kuliah S2 sudah bulat, maka saya tak perlu pikir panjang lagi untuk memilih perguruan tingginya: UNAIR! Jelas alasannya. Nama besar, PTN favorit dan alumni. Alumninya telah tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia dan telah berkiprah di berbagai institusi pemerintah, BUMN dan swasta ternama.
Selain itu memang pilihannya cuma sedikit, karena saya hanya berniat mengambil bidang komunikasi. Ini saya maksudkan supaya S2 saya linier dengan S1 saya yang komunikasi. Di Surabaya hanya ada 2 perguruan tinggi (PT) yang buka S2 Komunikasi: UNAIR dan UNITOMO.
Mudah bagi saya untuk cari informasi tentang pasca Komunikasi UNAIR ini. Karena Komunikasi UNAIR adalah almamater saya. Saya kontak dosen-dosen yang telah mengajari saya di strata 1 itu. Semuanya welcome. Mereka telah memberitahu jadwal dan persyaratan. Bahkan ada yang kemudian mengirim SMS mengingatkan bahwa sudah mulai masuk masa pendaftaran.
Dengan semangat 45, saya pantau website pendaftaran mahasiswa baru (PMB) Pasca Sarjana UNAIR. Saya unduh beberapa material dan pelajari. Sepertinya saya harus mengisi formulir yang cukup kompleks, dan selanjutnya mengikuti test dan wawancara.
Untuk meyakinkan hal ini, saya sempatkan datang ke tempat panitia PMB. Mereka welcome. Dengan ramah mereka menjelaskan semua hal yang terkait dengan pendaftaran mahasiswa baru S2. Untuk formulir ternyata mereka hanya menyediakan softcopy-nya, sehingga memerlukan flashdisk untuk disimpan. (Dan ternyata sama dengan apa yang saya unduh dari situsnya).
Setelah semua formulir pendaftaran beres, saatnya saya mengajukan ijin ke kantor. Ya, saya perlu mengajukan ijin, karena akan menggunakan waktu jam kerja saya. Kuliahnya dijadwalkan mulai pk 15.30 – 21.30. Senin sampai Rabu.
Ketika ditanya waktu kuliah oleh atasan, saya jawab apa adanya. Agak lama dia berpikir. Sepertinya mencari kalimat yang pas. Akhirnya dimulailah perbincangan yang cukup panjang. Saya tahu maksud pembicaraan ini. Yakni saya tak diijinkan kuliah S2.
Ya, saya maklumi keberatan atasan saya ini. Dia bukan melarang saya untuk kuliah lagi. Bukan. Dia cuma tak mengijinkan menggunakan waktu kantor untuk keperluan pribadi.
Saya bayangkan, meski kuliah dimulai pk 15.30, sudah pasti saya sudah harus keluar kantor pk 15.00. Dan sudah pasti selama itu, saya akan banyak melakukan penjadwalan ulang meeting dengan klien bila berdekatan dengan waktu-waktu tersebut.
Atau saya sudah tidak tenang lagi beraktivitas, bila sudah mau mendekati waktu-waktu kuliah. Dan tentu saja, selama kuliah saya tak dapat didayagunakan untuk kantor, misal: meeting internal, mengerjakn proyek dan lainnya.
Tentu saja saya sedih mendengar keputusan ini. Saya sempat down melihat langkah mewujudkan impian itu gagal terlaksana.
Sejak SD, SMP, SMA dan kuliah, saya selalu masuk negeri. Bahkan semuanya termasuk berkualitas bagus dan favorit (kecuali sekolah SD saya yang hanya SD Inpres. Hehehe). Tentu kalau saya tak bisa kuliah di UNAIR, saya juga takkan bisa kuliah di negeri lain. Di UNAIR yang sekota saja sudah memakan waktu, apalagi kalau keluar kota.
Jadi pilihannya tinggal 1. UNITOMO. Universitas Dr Soetomo. Mulailah saya cari informasi tentang kampus ini. Salah satu yang saya tanyai adalah kakak kelas saya yang ternyata mengajar di sana. Juga ada teman kantor yang sempat kuliah di sana (dia tak sempat menyelesaikannya, sekarang dia malah sedang kuliah S2 di Australia sana).
Jawaban dari teman kantor ini sungguh menyejukkan. Katanya, yang penting bukan kampusnya tapi pada diri. Kualitas bukan melulu ditentukan oleh kampus. Tapi banyak tergantung pada individunya masing-masing. Kalau diri ingin berkualitas, ya pacu diri sendiri untuk berkualitas.
Saya tak tahu, apakah jawaban ini adalah pelipur lara karena dia kuliah di UNITOMO atau tidak. Tapi yang saya tahu dia juga jebolah dari PTN favorit. Dan dia memang berprestasi waktu sekolah dulu.
Banyak informasi yang masuk. Semuanya positif. Seperti kampus ini adalah penyelenggara S2 komunikasi swasta pertama di Indonesia. Dia penyelenggara S2 komunikasi ke-5 di Indonesia (tentunya setelah PTN ternama). Maklum memang berdirinya sudah lama, sekitar tahun 1990-an.
Informasi lain adalah biayanya terjangkau. Ini sangat penting, karena saya harus menanggung biaya sendiri. Dan yang terutama adalah jadwal kuliahnya pada hari Sabtu dan Minggu. Sabtunya pukul 15.30 sampai 22.00. sedangkan hari Minggunya mulai pk 08.00 – 13.00.
“Yes!” teriak saya. Berarti ini tak mengurangi jam kantor saya sedikitpun. Jadi saya tak perlu minta ijin ke kantor lagi. Tapi saya harus minta ijin ke keluarga.
Karena dengan jadwal seperti ini, waktu bersama dengan keluarga berkurang bahkan hilang. Maklum, saya dan istri bekerja. Full. Senin – Sabtu. Jadi hari Minggu adalah wajib untuk keluarga. Karenanya saya mohon ke mereka, sekitar 2 tahun ke depan jalan-jalan di hari Minggu akan berkurang.
Akhirnya saya berkuliah di UNITOMO. Di kampus ini saya tak hanya mendapat ilmu, tapi juga wawasan dan kebijakan (wisdom). Karena rata-rata pengajarnya adalah guru besar (Profesor). Mereka dari berbagai PT ternama di Indonesia.
Mereka mumpuni di ilmu Komunikasi. Karena mereka telah menerbitkan banyak buku. Salah satu profesor yang mengajar di UNITOMO adalah Prof. Dedy Mulyana yang banyak menulis buku Komunikasi Budaya. Juga ada Prof. Sam Abede, yang terkenal di dunia film dan sastra. Dan banyak profesor lain.
Mereka selain mengajar, ternyata juga sering diberi tanggung jawab oleh pemerintah atau institusi lain mengurusi berbagai hal. Sehingga banyak pengalaman dan cerita.
Selain para guru besar, banyak juga tenaga pengajar yang sudah malang melintang di dunia praktisi komunikasi. Misal: ada seorang konsultan komunikasi politik yang menjadi penasehat berbagai kandidat pemimpin daerah. Mengikuti kuliahnya, kita langsung tahu bagaimana praktek ilmunya.
Ada yang ahli radio. Dia sudah lama melintang di dunia radio. Dan saat ini selain sebagai konsultan radio, dia juga mengembangkan radio digital di Indonesia. Dan masih banyak dosen yang lain.
Dan keuntungan lain kuliah di UNITOMO adalah teman-teman dari berbagai daerah bahkan luar negeri. Mereka dari berbagai profesi. Ada yang komandan polisi di sebuah Polres di Surabaya, pejabat di propinsi Jatim, ketua KPID, Pimred koran daerah, wartawan dan lainnya. Yang profesi murni sebagai tenaga pengajar cuma 1 dari 30 orang. Memang ada dari beberapa teman sebagai dosen luar biasa. Tapi profesi utamanya bukanlah dosen.
Saya tak tahu, apakah saya harus bersyukur dengan tak diberikan ijin kuliah di UNAIR atau tidak. Yang jelas, saya menganggap pilihan di UNITOMO adalah pilihan yang tepat untuk semua. ‘Win-win solution’. Semuanya happy. Saya senang bisa kuliah lagi, dan kantor oke karena tak mengganggu jam kantor saya. [TSA, 15/3/2012 subuh]
~~~
Tulisan iseng ini hanya memperingati, ternyata saya bisa melewati juga keprihatinan babak II ini. Tujuan tulisan ini untuk memberi semangat anak-anak saya untuk selalu belajar. Semoga kelak Zidan dan Zelda membaca tulisan ini. Tulisan-tulisan tentang ini bisa anda ikuti di serial ‘Master of Facebook’.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah magister komunikasi yang meneliti tentang Facebook. Karenanya dijuluki temannya sebagai Master of Facebook. Dia adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.
Nice infoo mas. Saya jg lagi cari S2 Ilkom. Kalo d UNAIR, sprtinya terlalu fokus ke media komunikasi nya ya … Sementara ilkom kan luas… Mgkin saya pun harus ke unitomo. Hehe..no probs, yg ptg anak masih bisa terhandle…
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..
Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..