Syahadat adalah kunci utama Islam. Tanpa syahadat maka tidak sah menjadi muslim. Dalam syahadat ada makna takut (khauf). Yakni takut pada Allah. Takut Allah mengawasi tingkah laku kita dan akan mengazabnya cepat atau lambat.
Saat puasa, meski sendiri tak mau mencuri-curi makan karena takut pada Allah. Mau garong uang rakyat (korupsi) takut pada Allah, meski rakyat yang dicurinya tak tahu. Maka takut pada Allah harus didahulukan daripada takut pada manusia bila berhadapan pilihan menjalankan pilihan untuk beribadah.
“Saya tak mau sholat di kantor, takut nanti dipecat,” misal ada pernyataan demikian. Atau dia mendiamkan hal-hal tidak benar tanpa minimal menegur karena takut mempengaruhi status, jabatan, karir, penjara dll.
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS 9:18
Lalu bagaimana takut pada manusia seperti dialami Musa di QS 28:20? Bagaimana ungkapan “Saya hanya takut pada Allah, bukan takut pada Corona”?
Mari kita simak penjelasan yang mudah dimengerti dengan penjelasan model tanya-jawab oleh Ustadz Drs NADJIH IHSAN, pakar tauhid dan pimpinan Majelis Tabligh Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur di sini.
Kadang kita takut pada selain Allah tanpa sadar. Terima kasih sudah diingatkan Ustadz.