Seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim semasa muda. Beliau mencari Tuhan. Maka beliau pernah menganggap bintang, bulan, matahari sebagai Tuhan.
Akhirnya secara logika hanya Allahlah tuhan. Ini lalu diperkuat petunjuk yang diturunkan padanya.
“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 22)
Sekarang meski petunjuk itu sudah datang, kadang kita khilaf masih menuhankan selain Allah. Bentuknya bisa jadi bukan berhala lagi.
Apa sebenarnya Tuhan itu? Apa syarat untuk disebut sebagai Tuhan? Mungkinkah Tuhan lebih dari satu? Bagaimana konsekuensi menuhankan selain Allah?
Mari kita simak hikmah dan pelajaran dari ayat-ayat Al Qur’an oleh Ustadz Drs MUSYAFA, guru tafsir Al Qur’an. Meski ini kajian tauhid yang berat, dijelaskan secara ringan dan segar diselingi percakapan hangat khas Suroboyoan di sini.
https://youtu.be/QFpQ75dqnCs
Keren nih. Terima kasih ilmunya Ustadz.