Oleh: Mochamad Yusuf*
Seminggu yang lalu adalah ‘Hari Korupsi Internasional’. Mengikuti diskusi-diskusi di media massa, ternyata negara kita masih mempertahankan prestasi korupsinya (korupsi kok prestasi, ihik-ihik). Secara ranking kita membaik, tapi secara nilai (index) sama. Jadi mungkin ada negara lain yang lebih buruk index-nya, maka ranking kita jadi naik.
Saya jadi berpikir, kenapa negara kita yang yang pemeluk agama Islamnya tinggi (terbesar di dunia), tetapi kok korupsinya juga banyak? Apalagi kalau kita lihat gairah beragamanya sangat tinggi. Seperti semakin banyaknya sekolah Islam terpadu. Atau jumlah peminat haji dan umroh yang meningkat pesat. Pengajian yang ramai. Badan amil zakat yang bertambah banyak, banyak wanita yang mengenakan jilbab, dan masih banyak yang lain.
Bahkan saya sampai takjub di suatu malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Di malam-malam itu, kita dianjurkan untuk melakukan itikaf. Harapannya agar mendapat malam ‘Lailatul Qadar’, dimana kalau kita melakukan ibadah di malam itu pahala kita akan dilipatgandakan oleh Allah.
Saat itu setelah melakukan itikaf, saya keluar masjid. Saya ingin bersahur. Saya harus bersegara, karena hanya punya beberapa menit saja untuk berbuka. Dan saat saya keluar masjid…. astaga! Tampak di halaman masjid penuh dengan mobil. Bahkan masih banyak mobil-mobil yang harus parkir di luar lingkungan masjid.
Saya perhatikan mobil-mobilnya. Kebanyakan mobilnya cukup bagus. Bahkan banyak yang mewah. Orang yang bisa memmiliki mobil ini pastilah golongan menengah ke atas. Kalaupun bukan milik sendiri, milik kantor, pastilah dia memiliki pangkat yang tinggi. Kalau pegawai negeri pasti sudah berpangkat lumayan, kalau swasta juga demikian. Termasuk kalau dia wirausaha, pastilah bisnisnya juga baik.
Golongan merekalah yang paling banyak ditangkap dan dihukum sebagai koruptor. Karena memang mereka yang memiliki kekuasaan yang rawan dimainkan untuk kepentingan pribadi.
Ini yang membingungkan saya. Bagaimana mungkin golongan ini yang semakin bergairah dalam agama, tapi juga semakin bergairah dalam berkorupsi? Mereka yang rajin mendatangi masjid, tapi juga rajin melakukan kolusi dengan pengusaha. Mereka yang bersemengat melakukan umroh dan haji, tapi juga bersemangat memainkan anggaran sehingga bisa dikorupsi. Mereka yang rajin melakukan sedekah, tapi juga rajin meminta ‘sedekah’ ke pihak-pihak yang membutuhkan kekuasaan.
Ada apa dengan ini semua? Adakah yang salah di agamanya? Atau ada yang salah di pengajarannya? Atau ada yang salah memahami agamanya. Jadi ada apa dengan korupsi di Indonesia..? Saya bingung. [PUTA, 16/12/2013]
~~~
Serial “Jangan Beri Makan Keluarga Kita Dengan Korupsi” adalah tulisan-tulisan saya yang akan mencari jawab kenapa dengan rakyat negeri ini suka melakukan korupsi. Juga berupaya mengajak diri memerangi korupsi dengan tidak memberi makan untuk keluarga kita dengan korupsi. Saya sebenarnya ingin memberi judul “Berantas Korupsi Indonesia” tapi tertalu berat. Demikian juga judul “Indonesia Bebas Korupsi”, “Bebaskan Keluarga Kita dari Harta Korupsi” dll. Maka judul serial “Jangan Beri Makan Keluarga Kita Dengan Korupsi” lebih masuk akal dan bisa dilakukan.
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang II, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.