Oleh: Mochamad Yusuf*
Dia lama berhenti persimpangan, tidak tahu harus kemana. Padahal waktu semakin tipis yang tersedia sebelum memutuskan sebuah jalan yang dipilih.
Beberapa hari lalu dia menginjak usia 40. Kata orang, kehidupan sebenarnya dimulai dari usia 40. Tapi dia merasa malah bingung menatap masa depannya.
Sebagai pegawai swasta, dia tidak memiliki pensiun. Di usia ini, tenaganya sudah berkurang. Otaknya tak secermelang lagi. Padahal dia masih harus bersaing dengan karyawan-karyawan baru dengan tenaga dan otak yang masih segar.
Pagi ini dia di kantor tak terlalu bersemangat. Dinyalakannya laptopnya. Setelah laptopnya siap, ada notifikasi Facebook yang mengabarkan sahabat karibnya ulang tahun hari ini. Dibukanya profile facebook teman karibnya. Tampak terpampang status temannya: “Usia sudah 40. Semua sudah selesai. Tinggal melanjutkan perjalanan ke cita-cita. Semoga lancar. Amin.”
Penasaran dengan statusnya, Andi message dia supaya lebih private. “Selamat ulang. Semoga sukses selalu. Btw, apa sebenarnya maksud dari statusmu itu?”
Tak lama kemudian jawaban muncul. “Amin. Terima kasih. Statusku? Kamu pasti tahu. Kamu seusia aku kan? Usia 40. Usia yang penuh kegalauan. Hehehe.”
“Lho kok tahu?”
“Hahaha… aku sudah mengalami kegalauan itu malah beberapa tahun sebelum usia 40. Namun setelah melihat tayangan National Geographic, saya tahu jalan yang harus saya ambil.”
“Wah, jadi penasaran. Tayangan apakah itu, sehingga bisa menginspirasi kamu?”
“Cerita tentang Elang. Tahukah kamu Elang ternyata bisa berumur panjang. Umurnya bisa setua manusia, yakni sekitar 70 tahun. Namun saat di usia 40 tahun, Elang akan mengalami sebuah persimpangan. Menyerah atau memilih menyiksa diri agar bisa hidup lebih panjang lagi.
Di usia 40 tahun itu, paruh Elang sudah terlalu panjang. Dengan paruh seperti ini dia kesulitan makan. Demikian juga cakarnya. Cakarnya demikian panjang, sehingga kesulitan mencengkeram mangsa. Apalagi sayapnya. Dengan umur setua itu, bulu-bulunya terlalu lebat. Terlalu berat untuk digerakkan. Sehingga dia tidak bisa terbang tinggi lagi. Juga tidak bisa secepat dan selincah biasanya. Ini menyulitkan dia untuk berburu mangsa mencari makan. Juga kesulitan untuk makan.
Bila dia memutuskan tidak mau menyerah mati, karena kelaparan tidak bisa makan, maka dia akan menyepi di gua-gua batu di lereng-lereng gunung yang terjal. Di mana makhluk hidup kesulitan menjangkaunya.
Mulailah dia ‘bertapa’. Langkah awal yang dilakukannya adalah memukul-mukulkan paruhnya ke batu. Tentu saja dia kesakitan melakukan hal ini. Dia lakukan terus sampai paruhnya lepas. Ini dilakukan berhari-hari. Lalu berlalu waktunya, paruhnya tumbuh kembali.
Setelah itu dia mulai menggigit cakarnya dengan paruh barunya. Dipotongnya cakar-cakar itu sehingga tidak terlalu panjang lagi. Bila sudah selesai, dia mulai mencabut bulu-bulu di badannya, khususnya di sayapnya. Mengurangi bulu sehingga tidak terlalu tebal menjadi langsing kembali.
Masa ‘pertapaan’ ini berjalan sekitar 6 bulan. Selama 6 bulan ini, dia harus prihatin. Dia harus kesakitan dan kelaparan. Dia harus berpuasa atau terpaksa mengurangi makan, karena memang kesulitan makan dan tidak berburu.
Setelah 6 bulan, paruh, cakar dan sayapnya siap kembali seperti saat masih muda. Dia siap terbang dan berburu kembali. Dia sekarang sama sigap, kencang dan tinggi terbangnya dengan burung-burung Elang muda lainnya. Namun dia tentu saja, lebih berpengalaman. Sehingga dia siap bertarung dengan makhluk lain untuk menempuh hidupnya. Bila tidak ada takdir yang menghalanginya, dia bisa sampai berusia 70 tahun.
Cerita ini mengilhami saya. Maka saat di usia 40 tahun saya mencoba ‘bertapa’.
Apa sebenarnya tujuan dari hidup saya? Apa sebenarnya yang saya inginkan dalam hidup ini? Tiap orang mungkin berbeda hasil dari pertapaan ini. Hasil pertapaan ini, akhirnya saya menemukan jalan yang harus saya lalui. Sekarang saya siap menatap hari-hari ke depan untuk menggapai cita-cita dan impian saya. Begitu. Bagaimana dengan kamu?”
Andi tergagap, “Ya, sama,” katanya berbohong, “Terima kasih sharingnya.” Dia menutup percakapan lewat message Facebook yang demikian panjang ini.
Sekarang dia tahu bagaimana menghalau kegalauan itu, yakni dengan ‘bertapa’. Dia ingin siap menjadi ‘Elang baru’. [PURI, 10/10/2012 pagi]
~~~
<em><strong>EnerLife, 'Energize Your Life'</strong>, adalah tulisan motivasi bermaksud mencerahkan pikiran dan hati. Serta memberi motivasi kesuksesan hidup. Anda bisa membaca artikel EnerLife lainnya di: <a href="http://www.enerlife.web.id">http://EnerLife.web.id</a>.</em>
~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .
Udah pernah baca soal elang itu beberapa bulan lalu, dan lumayan terharu krn nggak nyangka dg pengorbanan sang burung. Yang aku nggak paham, siapakah Andi itu? Hehehe….
@Brahmanto
Iya, sebenarnya saya juga sudah tahu lama. Tapi idenya untuk menguatkan galau itu, saya munculkan sekarang. Andi? Katanya menulis bisa untuk obat? Hehehe.
Ooo, bukan nama sebenarnya. Aku wis curiga, sampeyan sampai ngerti detail kegalauan, bahkan isi FB message-nya gitu? 😀
@Brahmanto
Hahaha. Kan dia bisa bercerita. Sekarang zaman digital, tinggal copy paste-kan saja ke aku kan? Hehehe.