Setiap hari di dunia ini terjadi jutaan dialog. Dari sekian dialog yang terjadi, ada beberapa dialog yang menarik untuk disimak. Diantaranya malah diabadikan di buku. Ada dialog antara Prabu Krisna dan Arjuna sebelum pertempuran BharataYudha. Lalu ada dialog ketuhanan antara seorang pendeta dan kyai di Madura, yang buku dokumentasinya jadi best seller.
Tapi ada satu dialog yang paling saya suka. Dialog ini percakapan ringan dan sederhana yang dilakukan antara seorang Bapak dan anaknya. Dialog ini sampai diabadikan di kitab suci. Bapak itu dikenal sebagai Lukman.
Saya ingin juga bisa berdialog seperti itu dengan anak-anak. Melakukan percakapan yang bermakna dan bermanfaat buat saya dan anak-anak. Namun karena rumah di luar kota, perjalanan pulang pergi rumah-kantor praktis menjadikan waktu terbatas di rumah. Itupun dengan kualitas yg menyedihkan, yakni saya dan anak-anak pada capeknya. Dan kita memiliki kesibukan sendiri-sendiri saat di rumah.
Namun sekarang ini saya temukan sebuah momen untuk dapat menciptakan dialog yang bermakna. Yakni saat mengantar ke sekolah. Waktunya memang pendek, 15 menit. Tapi suasananya begitu mendukung. Segar setelah bangun tidur pagi, mandi dan makan. Juga tidak ada kegiatan lain kecuali duduk di bangku sepeda motor dalam perjalanan ke sekolah.
Karenanya, saat ini saya sungguh menikmati kegiatan mengantar anak-anak ke sekolah. Apakah Anda demikian juga? Bagaima menurut Anda?
Banyak dialog yang diabadikan. Semoga ada dialog dari kita yang diabadikan. Minimal oleh anak-anak kita.