Syahdan saat Nabi Nuh menyeru umatnya agar hanya menyembah Allah SWT, mereka menolak. Mereka tetap ingin menyembah Wadd, Suwā’, Yagūṡ, Ya’ūq dan Nasr. Ironisnya berhala yang disembah itu sebenarnya orang alim. Yang hanya menyembah Allah SWT. QS 71:23.
Awalnya mungkin karena penghormatan, maka makamnya diperindah. Ditambah patung-patung. Namun inisiator ini meninggal, tapi patung-patung itu tetap bertahan. Generasi selanjutnya tak tahu bagaimana patung itu dibuat. Lama-lama kelamaan mereka menyembah patung tersebut.
Tentu saja kisah di Al Qur’an ini bukan buat dongeng belaka. Tapi sebagai pelajaran. Agar kita tetap mendudukkan orang alim yang meninggal itu pada seharusnya. Tak berlebihan. Jangan sampai kita sholat dan berdoa di makam minta orang alim itu. Mintalah hanya pada Allah.
Bagaimana ukuran berlebihan itu? Apa yang harus kita lakukan pada orang alim sebagai penghormatan yang layak? Umat apa saja yang terseret kasus berlebihan mengagungkan orang alim yang sudah meninggal dunia?
Simak penjelasan lebih detil yang mudah dimengerti dengan penjelasan model tanya-jawab oleh Ustadz Drs NADJIH IHSAN, pakar tauhid dan pimpinan Majelis Tabligh Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur di sini.
Apapun selain berlebihan pasti tak baik. Yang paling baik adalah di tengah-tengah..