Contact us now
+6289-774455-70

Bertengkar Yang Sehat

440262_14679034_300Dalam bekerja hal yang bisa terjadi adalah pertengkaran. Entah pertengkaran antara bawahan dan atasan, sesama rekan kerja, dengan partner atau malah dengan klien. Pertengkaran itu terjadi mungkin karena ada kesalahpahaman, ketidak mengertian, kurang sabar, mementingkan diri sendiri dan lainnya.

Tentu yang baik jangan sampai terjadi pertengkaran. Kalau bisa dibicarakan dengan baik-baik, kenapa harus diselesaikan dengan pertengkaran. Kalau ada permasalahan ya dibicarakan. Kalau masih belum bisa diselesaikan khususnya sesama rekan kerja, bawalah ke pihak yang lebih tinggi misalnya: atasan.

Namun kadang kesabaran tidaklah cukup. Sehingga pertengkaran tidak dapat dihindarkan. Karena kalau diam dengan menyimpan amarah atau menghindari pertengkaran dengan alasan menjaga keutuhan hubungan, tidak juga memecahkan masalah. Bahkan makin lama makin besar permasalahan dan saat meledak sudah tidak dapat diselesaikan lagi.

Jadi kalau memang bertengkar ya silakan bertengkar. Tapi bertengkarlah dengan baik. Yakni dengan mengetahui rambu-rambunya.

  1. Makin akrab
    Saat bertengkar, kita akan jujur. Tidak berbasa-basi. Kita akan langsung mengungkapkan apa yang ada di pikiran kita. Sehingga apa yang biasa disembunyikan bisa saja diungkapkan.Menurut para psikolog, bertengkar bisa menjadi salah satu cara menambah keakraban. Karena setelah bertengkar dan hubungan membaik lagi, kadang terjadi hubungan menjadi makin akrab. Ini sangat terlihat pada pasangan suami istri yang bertengkar. Bahkan ada sebuah penelitian yang mengatakan bila tidak pernah bertengkar maka itu sama buruknya dengan memiliki masalah yang tidak pernah terselesaikan.

    Namun jangan sampai ada keinginan menciptakan keakraban dengan menciptakan pertengkaran lho…. Karena bertengkar terus menerus juga tidak baik. Karena lama-lama hubungan bisa retak.

  2. Pikiran terbuka
    Saat bertengkar maka kedua pihak saling mengkritik dan menghina. Ini bisa mengakibatkan keretakan hubungan. Yang benar adalah saling beragumentasi dengan landasan yang saling diketahui dan dimengerti. Lalu cari solusinya. Sehingga positifnya pertengkaran itu bisa menjadi alat mempercepat penyelesaian.Tapi itu memiliki syarat yakni harus memiliki pikiran terbuka. Karena saat berargumentasi bisa saja pihak lain tidak setuju. Wajar. Tapi pihak lain harus menghormati. Jadi tidak masalah bila tidak selalu menghasilkan kata sepakat. Tapi dari hal ini kedua belak pihak tahu perbedaan masing-masing sehingga bisa dicarikan solusi.

    Kuncinya keduanya memiliki pikiran terbuka. Tidak menutup pendapat orang lain. Tidak menganggap pendapatnya benar dan yang lain salah. Sehingga dengan pikiran terbuka bisa menerima pendapat yang lain.

  3. Hindari mengungkit masalah lama
    Bila pertengkaran makin lama makin memanas, saatnya untuk berhenti. Ciri-cirinya makin lama suaranya makin menggelegar dan mengatakan hal yang sama berulang-ulang. Bila diteruskan, pertengkaran ini sudah tidak sehat lagi.Saat pertengkaran menggelegar, detak jantung dan hormon stres akan meningkat. Sisi emosional akan meninggi dan menutupi sisi logika. Akibatnya terjadi pertengkaran dengan emosi tidak terkendali. Bila demikian salah satu pihak bisa salah kaprah seperti mengungkit masa lalu. Padahal mengungkit masa lalu hanya membangkitkan luka lama. Saat seperti ini, keduanya sudah tidak dapat berpikir jernih dan berbicara tenang.
  4. Jeda dari pertengkaran
    Saat sudah keluar kata-kata kasar bahkan sudah berkeinginan melakukan kekerasan fisik, berhentilah. Bahkan tinggalkan. Mintalah waktu jeda. Tenangkan diri. Bagi muslim bisa berwudhu dan diteruskan dengan melakukan shalat. Api amarah seperti tersiram air dingin… adem.Namun jangan didiamkan pertengkaran ini seterusnya. Karena masalah itu masih ada. Belum terpecahkan. Karena itu tidak usah segan membahasnya lebih lanjut karena merasa tidak nyaman untuk memulainya kembali. Tapi bukan memulai pertengkaran lagi lho… Karena itu buatlah komitmen saat minta waktu jeda untuk membahas lagi bila sudah tenang dan bisa bicara dengan kepala dingin. *(my/20160518)
One Comment - Leave a Comment
  • Leave a Reply