Contact us now
+6289-774455-70

Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara (12): Kelemahan Sekolah Agama Terpadu

Inilah kelemahan terbesar menurut saya. Mungkin Anda terkejut, anak Anda bisa malah memberitahu atau memerintah Anda. Kalau Anda tidak siap dengan ini semua, janganlah anak Anda dibawa ke sekolah ini.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Setelah saya menulis di serial ini tentang sekolah agama terpadu, banyak yang membaca, berkomentar bahkan men-tweet saya. Sepertinya jadi tulisan yang paling laris di serial ‘Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara’ ini. Hehehe. Dalam artikel itu saya menjelaskan apakah sekolah agama terpadu itu dan keunggulannya.

Kali ini saya akan meneruskan artikel itu, tapi saya akan mengupas kelemahan/kekurangannya. Sehingga kita dapat bersiap untuk menyiapkannya, sehingga kelemahan/kekurangannya bisa teratasi. (Anda bisa membaca artikel yang saya maksud tersebut di sini, Perlukah Disekolahkan di Sekolah Islam Terpadu?

Sekolah agama terpadu adalah sekolah yang memadukan antara pelajaran umum berdasarkan kurikulum nasional dengan pelajaran agama. Kebanyakan yang dimaksud dengan sekolah agama terpadu adalah sekolah Islam terpadu. Untuk di Surabaya, yang saya tahu pionirnya adalah sekolah Al Hikmah. Tapi sekarang sudah cukup banyak sekolah seperti ini di seluruh penjuru Surabaya dan Sidoarjo.

Begitu banyak muatannya sekolah ini, maka jam pelajarannya menjadi lebih panjang. Bisa hampir seharian. Sehingga sekolah ini sering dinamakan sebagai ‘full day school’. Karena melewati jam makan siang, maka siswa sekolah ini perlu makan siang. Biasanya sekolah menyediakan makan siangnya. Meski ada yang meminta siswanya membawa bekal dari rumah.

Jadi di sekolah Islam terpadu ini, para siswa selain belajar pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS dan lainnya juga belajar agama. Pelajaran yang terkait dengan agama ini di antaranya mengaji, hafalan doa, hafalan hadits, shalat jamaah wajib dan sunnah (seperti Dhuha), sejarah Islam, fiqih dan lainnya. Termasuk juga pembentukan akhlak, tingkah laku dan kebiasaan Islami.

Jadi tak hanya dihafal tapi langsung dipraktekkan. Misal yang saya tahu, setelah berwudhu mereka berdoa, dan sesaat sebelum masuk ke masjid akan berdoa. (Keduanya tidak saya lakukan. Ini mungkin karena pelajaran di sekolah saya tak terpadu. Dulu cuma dihapal di kelas, tapi tak pernah dipraktekkan. Jadinya lupa).

Saya menganggap sekolah agama terpadu bagaikan pesantren bagi siswa Islam tapi siswanya tak menginap.

Memang menyenangkan sekolah ini. Tidak ada pemisahan antara agama dan kehidupan sehari. Misal: dulu waktu saya kecil, saya belajar pengetahuan di sekolah, lalu sorenya saya belajar mengaji di mushalla. Keduanya tak terkait. Berbeda dengan sekolah agama terpadu ini.

Sekolah ini menilai bahkan mentargetkan siswanya selain menguasai pelajaran umum, juga pelajaran agama. Misal: di sekolah anak saya, setiap siswa yang lulus dari SD harus sudah menyelesaikan bacaan al Qur’an, hafal juz Amma, hadits pilihan dan doa-doa pendek. Jadi cukuplah bekal kalau anak-anak disekolahkan di SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu).

Lalu apa kelemahan/kekurangannya?

1. Mahal.
Kekurangan tentang ini sudah saya singgung di artikel sebelumnya. Saya menduga-duga mahalnya sekolah ini karena beberapa hal.

Pertama, biaya makan. Sekolah yang menyediakan makan sekolah, maka biaya makan siang ini jadi beban orang tua. Ada beberapa sekolah yang tidak menyediakan makan siangnya, tapi meminta siswanya membawa bekal dari rumah. Anak saya awal-awalnya demikian, yang nantinya sekolah mewajibkan semua siswanya harus makan dari sekolah. Bila sekali makan Rp 10.000,- maka sebulan sudah dihitung Rp 200.000,. Ini dengan catatan sekolah cuma 20 hari. (Biasanya Sabtu libur).

Kedua, ‘full day school’ menyebabkan guru-gurunya harus penuh mengajar di sekolah ini. Padahal biasanya dengan jam sekolah hanya setengah hari, guru-guru masih bisa mengajar di sekolah lain. Istilahnya ‘nyeper’. Karena para guru ini tidak bisa ‘nyeper’ atau full bekerja di sekolah ini, maka relatif gaji yang diberikan sekolah lebih banyak daripada sekolah yang setengah hari.

Ketiga, ini masih kaitannya dengan nomor 2 di atas. Pengalaman anak saya, setiap kelas disediakan 2 guru. Ini terjadi dari kelas 1 sampai kelas 4. Kelas 5 dan 6, baru menggunakan konsep guru pelajaran. Tentunya dengan tambahnya guru di kelas akan mengakibatkan biaya pada sekolah.

Keempat, fasilitas sekolah yang wah. Biasanya untuk sekolah seperti ini fasilitas fisik dan non fisiknya bagus. Bangunan sekolah megah dan bertingkat. Perpustakaan luas, nyaman dan lengkap. Laboratorium komputer lengkap dengan komputer terbaru serta koneksi internet kencang. Bahkan ada wifi spot yang gratis. Kelas berAC dan proyektor yang tersedia tiap kelas. Kebersihan kamar mandi dan kelas terjaga, karena sudah ada petugas kebersihan sendiri. Bahkan untuk sekolah anak saya, petugas kebersihan ini di-outsource ke perusahaan lain.

Kelima, kegiatan intra dan ekstra sekolah yang banyak dan gratis. Seperti saya tulis di artikel sebelumnya, kegiatan sekolahnya begitu banyak dan dipadukan dengan pelajaran. Jadi tidak ada pemisahan. Juga tidak seragam. Semuanya sudah diatur sedemikian rupa, sehingga sangat menyenangkan. Dalam waktu-waktu tertentu mereka melakukan kegiatan di luar sekolah. Semua ini gratis. Tak minta biaya lagi. Jadi orang tua tak perlu diributkan lagi biaya ini-itu lagi.

Berapa sih sebenarnya mahal itu? Ini saya tuliskan dari pengalaman pribadi dan riset di internet.

  • SD Raudhatul Jannah di Sidoarjo (2012):
    SPP sebulannya Rp 500.000,- Untuk uang gedung sekitar Rp 6.000.000,-.
  • SD Al Hikmah Surabaya:
    SPP Rp 700.000,- dan uang gedung Rp 13.500.000,-
    (Ini di tahun 2008, saya dengar untuk tahun 2012, SPP sudah di atas Rp 1.000.000,-)
  • Al Muslim Sidoarjo (2012):
    SPP Rp 650.000,- dan uang gedung Rp 8.300.000,-.
  • Al Azhar Surabaya (cabang Kebayoran baru Jakarta/2012):
    SPP Rp 600.000,- dan uang gedung Rp 14.300.000,-

2. Biaya Transport.
Sekolah Islam terpadu seperti ini tidak begitu banyak. Untuk Surabaya paling banyak hanya 10. Demikian juga di Sidoarjo, kota tempat tinggal saya. Tidak seperti sekolah dasar negeri yang selalu ada di tiap desa/RW. Sehingga dari sekolah ke rumah, relatif dekat. Bahkan sekolah saya dulu hanya berjarak 100 meter, sehingga lonceng sekolah sampai terdengar di rumah.

Sedangkan sekolah Islam terpadu karena tidak begitu banyak, maka sekolah yang terdekat masih relatif jauh dari rumah. Beruntunglah kalau Anda dekat dengan sekolah ini. Saya sendiri dari sekian sekolah seperti ini yang telah saya ketahui dan datangi, jarak yang paling dekat adalah 5 km. Sehingga sang anak, khususnya kalau masih duduk di SD, akan kepayahan kalau berangkat dan pulang naik sepeda. Apalagi jalan kaki. Hehehe. Saya sendiri mengantarkan saja naik motor memakan waktu sekitar 15 menit.

Lha kalau Anda tidak sempat mengantar jemput sendiri, maka Anda harus mengeluarkan tambahan uang untuk transport. Biayanya juga tak sedikit. Tergantung jaraknya, tapi Anda harus bersiap mengeluarkan tambahan uang transport minimal Rp 200.000,-.

3. Perhatian penuh.
Pikir masak-masak, kalau Anda bebas dari kesibukan mengurus sekolah kalau Anda mensekolahkan anak-anak ke sekolah Islam terpadu ini. Yang sederhana dan rutin dilakukan tiap hari, adalah Anda harus mengisi buku penghubung yang berisi kegiatan anak-anak yang sudah dilakukan di rumah. Misal: apakah dia telah shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan lain-lain.

Anda juga sering diminta ke sekolah untuk berkomunikasi dan berkonsultasi tentang perkembangan anak. Dulu rasanya orang tua hanya datang ke sekolah saat mengambil rapor saja. Itu cukup 4 bulan sekali. Kalau di sekolah ini lebih sering. Bahkan ada saat anak akan menunjukkan prestasi atau kemampuannya di depan orang tua. Belum saat-saat tertentu ada undangan untuk mengikuti seminar/training tentang menjadi orang tua yang baik (parenthing). Kalau Anda sibuk, dan tak punya waktu untuk demikian, berpikirlah sekali lagi untuk menyekolahkan ke sini.

4. Tak ada PR/Tugas.
Saat malam hari setelah pulang kantor, Anda ingin bersantai dengan tenang tanpa gangguan anak-anak. Maka biasanya dulu para orang tua meminta anak-anaknya belajar. Minimal mengerjakan PR/Tugas. Kalau sekolah anak Anda di sekolah Islam terpadu, maka Anda tak bisa menyuruh anak-anak demikian. Karena sekolah jarang memberikan PR. Sekolah seharian penuh, sehingga semua kegiatan pendidikan (belajar, menulis, berlatih dan lain-lain) dikerjakan sepenuhnya di sekolah. Di rumah mereka malah harus beristirahat lebih awal, agar fresh sekolah keesokan harinya.

5. Contoh dari Orang Tua.
Bila anak Anda disekolah di sini, siap-siap saja Anda diprotes dan disemprot oleh anak-anak Anda. Misal: bila shalat Anda bolong-bolong (kadang shalat kadang nggak), maka Anda bisa diprotes karena Anda tidak shalat. Kalau sekali dua kali tak apa, tapi kalau sering Anda mungkin stress disemprot terus. Jadi kalau Anda tak bisa memberi contoh baik, Anda bersiap bentrok dengan anak-anak.

Saya pernah dengar cerita dari teman istri, bahwa anak-anak putrinya protes karena mamanya sering mengenakan baju-baju sexy kalau keluar rumah. Padahal pakai pakaian seperti ini jadi kesukaannya. Anak-anak meminta untuk tidak hanya memakai pakaian yang sopan, tapi pakaian muslim. Bagi orang tua yang tak siap dengan ini, bersiaplah. Minimal saat ke sekolah untuk menjemput atau mengambil raport, Anda khususnya mamanya anak-anak harus memakai pakaian muslim.

Inilah kelemahan terbesar menurut saya. Karena Anda tidak bisa menyuruh-nyuruh, tanpa Anda melakukannya sendiri. Misal: Anda meminta anak Anda sebagai anak sholeh, untuk selalu jujur, tapi Anda sendiri tidak jujur. Maka anak-anak akan tahu bahwa Anda salah. Demikian mudah mereka tahu bahwa Anda salah. Bahkan mungkin Anda terkejut, kalau pengetahuan agama anak Anda lebih tinggi daripada Anda. Maka anak-anak Anda bisa malah memberitahu atau memerintah Anda. Kalau Anda tidak siap dengan ini semua, jangalah anak Anda dibawa ke sekolah ini. Hehehe. [TSA, 12 Ramadhan 1433H / 31 Juli 2012M subuh]

Serial Obrolan di Bawah Rindangnya Cemara ini adalah janji saya di awal bulan puasa 2012 untuk membuat sebuah kegiatan yang bermanfaat dan berbeda dengan Ramadhan-Ramadhan saya yang lain. Yakni membuat sebuah tulisan setiap harinya selama bulan Ramadhan. Semoga bisa! Amin.

*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .

35 Comments - Leave a Comment
  • Anugrah Wahyudi -

    Membandingkan ayam dan ikan, IOS dan android….yah semua kembali ke selera dan rezeki masing2

  • Yunianti -

    Byk ga setujunya saya. Semua kembali ke pemahamam ortu dlm. mendidik anak. Klo sy sih SD SMP msh lebih cenderung menyekolahkan anak di sekolah islam terpadu.

  • andri -

    Setuju dengan yang diatas2, good paradoks pak…hehehe.
    Alhamdulillah anak saya sudah hafal juz 30 kelas 4 SDIT, subhanallah. Bapaknya kalo pas jadi imam di rumah cuma ngandelin 2 qul saja surahnya tapi belum dapat protes ni. Hihihi…..salam.

  • Mas Dion -

    assalamu alaykum w.w
    Pak Yusuf menyesal ya, anaknya sekolah di sdit…. kalau sdit ada kelemahannya… sah sah saja…. bahkan kelemahan itu bisa menjadi sumber kekuatan, karena telah di promosikan oleh pak Yusuf…jadi sdit semakin TOP Markotop…terima kasih , wassalam.

  • Ayu nabil -

    Mungkin maksudnya kelebihan biar jd menarik jd diplesetin jd kekurangan,sy td ny khusuk bget bca nya jd senyum2 sendiri,yah bgus deh kl ilmu agama anak ny lbih tinggi dri orng tua nya toh itu maksud dri menyekolahkan anak ke sana.

  • Leave a Reply