Contact us now
+6289-774455-70

Master of Facebook (10): Perbedaan Saat Wisuda S1 dan S2

Saat wisuda S1 dulu, saya masuk ruangan dengan tenang. Tak ada pikiran. Bahkan saya tak berpikir tentang adik yang tak bisa masuk. Kalau saat wisuda S2 ini, saya masuk gedung dengan beberapa pikiran.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Bila saat kuliah, anak sering menjadi perhatian, maka saat wisuda demikian juga. Seperti yang dikatakan wakil wisudawan saat malam pelepasan alumni, bahwa saat dia mau kuliah sering harus berhenti sebentar karena tiba-tiba anak-anak menangis. Menangis karena mau ikut atau tak boleh pergi. Tentu saja perhatian ini mempengaruhi kegiatan kuliah.

Lha kalau wisuda?

Dulu saat wisuda S1, saya masuk ke ruangan dengan tenang. Tak ada pikiran. Bahkan saya tak berpikir bagaimana kabar 2 adik dan teman saya yang tak kebagian undangan masuk. Memang mereka tak saya belikan undangan. Karena jatah 2 undangan dipakai oleh Bapak dan Ibu. Pikiran saya, di luar ruangan pasti banyak orang yang tak bisa masuk juga sehingga banyak hal yang bisa dilakukan. Entah ini benar atau tidak.

Kalau saat wisuda S2 ini, saya masuk ruangan wisuda dengan beberapa pikiran. Seperti apakah anak-anak boleh masuk atau tidak, karena di undangan dikatakan hanya boleh anak berumur 10 tahun ke atas. Sedangkan Zelda baru 6 tahun. Kalau Zelda tak bisa masuk, pasti bundanya harus menungguinya. Dan kalau bundanya tak masuk, maka Zidan pasti tak berani masuk sendiri.

Pikiran lain adalah belum sarapannya anak-anak. Karena hari Sabtu biasanya mereka libur, maka pagi itu cukup ribut juga di rumah. Meski akhirnya berangkat juga, Zelda tak sarapan dengan benar. Maklum acaranya pagi pk 7.00, maka saya harus lebih pagi lagi. Maklum rumah jauh, di luar kota. Hehehe.

Meski acara sudah dimulai pk 7.00, sebenarnya baru gladi bersih buat wisudawan. Maka undangan tak boleh masuk dulu. Sehingga di depan pintu masuk, bergerombol banyak orang menunggu dibolehkannya masuk. Dan saya tahu, ini pasti bikin bete buat Zidan dan Zelda. Maka saya kepikiran, bagaimana nantinya mereka di sana.

Ternyata wisudawan lain juga seperti saya. Mereka juga punya beban pikiran seperti saya. Yakni bagaimana kabar keluarganya. Maklum acara wisuda kali ini hanya khusus wisuda S2. Memang biasanya bareng dengan wisuda S1. Maka yang diwisuda kebanyakan sudah berkeluarga.

Terbukti nanti setelah gladi bersih selesai, yakni saat undangan boleh masuk ke ruangan, maka teman-teman banyak mengangkat ponselnya untuk memberi arahan pada keluarganya untuk duduk di tempat yang diinginkan. Bahkan akhirnya beberapa teman keluar menjemput keluarganya, termasuk saya.

Tapi ternyata keluarga saya tak ada di luar ruangan. Saya cari-cari tak ketemu. Akhirnya istri saya kontak. Ternyata mereka sarapan di cafe. Mereka beralasan daripada menunggu lama, karena menurut undangan acaranya dimulai pk 9.00, maka mereka menunggu saja di cafe.

Apalagi sebelum berangkat, Zidan sudah rewel mengancam tak mau ikut. Akhirnya jalan tengahnya dia boleh bawa netbook, harapannya nanti menunggu bisa main komputer. Apalagi ada wifi gratis dari hotel. Dan memang benar, mereka mengeluarkan netbook saat di cafe.

Hehehe, saya tersenyum membadingkan dengan waktu wisuda S1 dulu. Boro-boro makan di cafe dan membawa laptop, nanti setelah acara wisuda selesai saja, saya tak punya rencana kemana untuk merayakannya.

Ternyata, Ibu mempunyai acara istimewa yang sudah dirundingkan dengan Bapak. Setelah wisuda S1, kita menuju depot soto ayam yang ada di pasar Tambak Rejo. Ini memang dibelain, karena dari Gelora Pancasila ke pasar ini cukup jauh. Bahkan juga dari rumah.

Ternyata Bapak dan Ibu sudah berniat. Karena depot soto ayam ini banyak kenangan bagi mereka. Sebelum pindah ke rumah yang sekarang, rumah kita memang dekat situ, yakni di Karang Empat. Dan depot soto ayam itu termasuk favorit sehingga ramai. Tapi kita jarang ke sana, karena memang tak mampu berkunjung ke sana. Maka ada harapan suatu ketika kalau ada rejeki, bisa mampir ke sana.

Saat bersantap soto rasanya nikmat sekali. Ini selain karena sotonya, juga ada perasaan puas karena bisa bersantap di sana tercapai. Saya juga tahu keberadaan depot itu, tapi saya masih terlalu kecil untuk mengingat rasanya bagaimana dulu. (Dan ternyata setelah itu, saya juga tak pernah ke sana, meski saya masih di Surabaya. Hehehe). Dari sana, kita mengantar teman fotografer ke rumahnya dulu baru pulang ke rumah.

Sedangkan wisuda S2 ini, rencananya setelah acara langsung pulang. Tapi karena sudah kadung di luar rumah dan di Surabaya, rumah saya di Sidoarjo, maka diputuskan jalan-jalan dulu ke Mall. Dan setelah puas melihat-lihat buku di toko buku, maka kita makan di fast food.

Hehehe. Lagi-lagi saya tersenyum. Beda suasana sekali antara saat wisuda S1 dan S2. [PURI, 22/3/2012 siang]

~~~
Tulisan iseng ini hanya memperingati, ternyata saya bisa melewati juga keprihatinan babak II ini. Tujuan tulisan ini untuk memberi semangat anak-anak saya untuk selalu belajar. Semoga kelak Zidan dan Zelda membaca tulisan ini. Tulisan-tulisan tentang ini bisa anda ikuti di serial ‘Master of Facebook’.

~~~
*Mochamad Yusuf adalah magister komunikasi yang meneliti tentang Facebook. Karenanya dijuluki temannya sebagai Master of Facebook. Dia adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.

4 Comments - Leave a Comment
  • Pingback: Next Post « ..| Home of Mochamad Yusuf |..

  • Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..

  • Leave a Reply