Contact us now
+6289-774455-70

Kerja 4 As [6]: Membuat Krasan Pegawai Lewat Intangible Income

(foto-foto dari: officesnapshots.com)

Berapa harga kebanggsaan dan kesempatan ini? Ini memang sesuatu yang tidak bisa dinilai. Bisa berbeda-beda harganya antara satu dengan lain. Pastinya ini menjadi tambahan dari gaji yang kita dapat. Ini biasa dinamakan sebagai ‘Intangible Income’.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Setelah lulus kuliah, saya langsung kerja di sebuah TV swasta. Di tahun 1995 itu hanya beberapa TV swasta yang beroperasi. Layaknya masih mahasiswa meski sudah lulus, di waktu-waktu tertentu saya masih ‘kongkow-kongkow’ dengan teman-teman kuliah dulu.

Saat bertemu kita akan bertanya sudah diterima kerja di mana.

“Di PT Ini Itu Sana Sini,” jawab seorang teman. Ya, sebuah perusahaan yang tidak terkenal.

Mendengar itu, kita akan bertanya, “Perusahaan apa itu? Dimana tempatnya? Di bidang apa pekerjaannya?” Dan masih ada beberapa pertanyaan lain.

Tapi saat saya ditanya dengan pertanyaan sama, saya jawab, “Di TV Ini Itu.”

Mendengar itu, mereka malah koor, “Wow… keren! Hebat banget…” Mereka tak bertanya “Perusahaan apa itu? Dimana tempatnya? Di bidang apa pekerjaannya?” Dan pertanyaan-pertanyaan lain. Mereka malah meminta saya bicara bagaimana rasanya di sana.

Tentu saja saya menjawabnya sambil bangga. (Mungkin sedikit sombong, karena saya adalah alumni pertama yang kerja di TV sawasta. Hehehe). Rasanya bangga dan terasa keren begitu, sehingga kemana-mana saya mengenakan jaket perusahaan yang legendaris itu (warna biru tua dengan logo gambar setengah matahari dan pelangi).

Saya jadi pede bertemu dengan orang-orang. Bahkan dengan cewek-cewek, sekalipun baru ketemu. Padahal sebelumnya saya pemalu bertemu dengan cewek. (Saya tidak pernah bertanya ke istri, apakah dulu suka dengan saya karena kerja di TV). Ini wajar. Jangankan bertemu di luar kantor, di dalam kantor banyak telpon iseng masuk dari cewek-cewek hanya minta kenalan dengan kita.

Kebanggaan ini tentu saja hanya saya dapatkan di perusahaan ini. Belum lagi kesempatan-kesempatan yang tidak didapatkan orang lain. Tidak sebarangan kesempatan itu bisa didapatkan.

“Pasti bertemu dengan artis-artis cantik ya?” tanya teman-teman.

Tentu saja. Malah nantinya malah biasa saja bertemu dengan mereka. Bahkan, maaf, ‘enek’ melihat mereka.

“Wow, bisa melihat lanjutan serial tanpa menunggu jadwal siarnya ya?” tanya teman-teman lagi.

Betul. Sudah pasti. Ada seorang teman TV sampai meminjam semua serial ‘The X-Files’. Dia sudah menonton habis tayangan itu, sedangkan penonton harus menunggunya selama setahun.

“Gratis melihat film-film ya tanpa harus ke gedung bioskop?” tanya teman-teman lagi.

Tentu saja. Meski nanti saya harus sampai ‘enek’ karena sehari bisa menonton 20 film.

Berapa harga kebanggsaan dan kesempatan ini? Ini memang sesuatu yang tidak bisa dinilai. Bisa berbeda-beda harganya antara satu dengan lain. Pastinya ini menjadi tambahan dari gaji yang kita dapat. Ini biasa dinamakan sebagai ‘Intangible Income’.

Jadi saat seseorang bekerja, dia akan memperoleh pendapatan: gaji yang jelas dan ‘intangible income’ ini. ‘Intangible income’ bisa sedikit banyak dan besar nilai tergantung orangnya. Total pendapatan ini yang akan diperoleh manfaatnya pegawai di perusahaan itu.

Jadi bisa saja dia dapat gaji sama atau lebih kecil dari perusahaan lain, tapi ‘intangible income’nya tinggi. Sehingga total pendapatannya tinggi. Maka dia merasa penghasilannya besar di sana. (saya terkejut saat bertanya ke teman-teman kuliah saat kongkow-kongkow itu, gaji saya sama bahkan lebih kecil dari mereka sekalipun perusahaannya yang tidak terkenal itu).

Mungkin karena itu, ‘turn over’ di perusahaan TV saya waktu itu sangat rendah. Jarang ada yang keluar. Kalaupun ada, karena terpaksa seperti mengikuti suami.

Jadi bagi perusahaan khususnya manajemen departemen SDM, adalah bagaimana memberikan tambahan ‘intangible income’ ini bagi karyawannya. Jadi meski gajinya sama atau lebih kecil dari standar perusahaan lain, tapi karena ‘intangible income’nya tinggi, merasa merasa kerasan di perusahaan.

Apa saja yang bisa dilakukan untuk memberikan ‘intangible income’ ini?

Banyak. Bahkan banyak yang sebenarnya perusahaan tidak memerlukan uang untuk melakukannya.

‘Intangible income’ ini bisa perasaan bangga bekerja di sana. Bertemu dan bekerja dengan para artis, Presiden, menteri, pejabat, tokoh-tokoh masyarakat seperti kyai dan lainnya.

Atau kesempatan mendapatkan ketrampilan/pengetahuan yang tidak bisa didapatkan di bangku pendidikan. Perusahaan memberikan kesempatan belajar hal-hal yang tidak mudah didapatkan, seperti mempelajari server IBM AS 400 untuk sistem informasi SAP. (Ya, ini benar karena ada teman yang beralasan seperti ini). Bisa pelatihan rutin yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah karyawan.

Atau perusahaan besar seperti Google, Facebook dan Yahoo memberi fasilitas seperti kolam renang, pantry yang tersedia makanan ringan, tempat bermain PS bahkan pijat. Dan banyak yang lain. (Anda bisa melihat foto-foto fasilitas ini di website saya, http://enerlife.web.id). (Perusahaan saya dulu, meski kecil, memiliki studio musik. Di luar jam kerja, kita bisa main musik dengan teman-teman kantor. Sungguh asyik). Atau di Jawa Pos, saya lihat ada meja ping pong. Setelah deadlie di atas pk 22.00 mereka bermain ping pong.

Yang lain bisa seperti Google ini. Google meminta karyawannya melakukan sesuatu di luar pekerjaannya di 20% jam kerjanya. Kelak malah banyak proyek-proyek besar Google dimulai dari proyek-proyek pribadi karyawannya ini. Ini menjadi hal menyenangkan bagi karyawan karena bisa mengekspresikan minatnya. Ini tentu saja menjadi ‘intangible income’ yang luar biasa. Pantas kalau dari tahun ke tahun, perusahaan-perusahaan ini masuk dalam perusahaan yang didamba dalam survey yang dilakukan di Amerika Serikat.

Maka sekarang adalah kesempatan bagi kita adalah bagaimana menciptakan ‘intangible income’ itu. Karyawan tidak saja butuh gaji yang terlihat, tapi juga gaji yang tidak terlihat. Maka ini pintar-pintarnya kita mencari cara untuk memberi gaji yang tidak terlihat itu.

Selamat mencari ide. [TSA, 13/4/2014 tengah malam]

~~~
Kerja 4 As adalah serial tulisan berkaitan dengan dunia kerja, problematika kantor dan solusinya, tip & trik serta ke-SDM-an (Sumber Daya Manusia). Anda bisa membaca artikel Kerja 4 As lainnya di: http://enerlife.web.id.

~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.

~~~

(Kantor Google)


(Kantor Google)


(Kantor Google)


(Kantor Google)


(Kantor Google)


(Kantor Google)


(Kantor Google)


(Kantor Google)


(Kantor Google)

Leave a Reply