Contact us now
+6289-774455-70

Kerja 4 As [1]: Filosofi Bekerja, Bekerja Untuk Hidup Atau Hidup Untuk Bekerja?

(ref: sxc.hu)

(ref: sxc.hu)

Kalau sudah begini, alangkah sayang kalau sudah mencurahkan banyak waktunya bekerja tapi tidak mempunyai filosofi bekerja yang baik. Padahal bekerja sudah menjadi bagian dari hidup. Seakan hidup hanya untuk bekerja. Padahal bekerja hanya untuk hidup kan?

Oleh: Mochamad Yusuf*

Bagi orang yang sudah bekerja, waktunya seakan habis untuk bekerja. Bahkan ada sebagian orang yang harus pindah tempat karena bekerja. Mereka rela tinggal di rumah kost, ‘oil rig’ di tengah laut, gubuk di tengah hutan, kamp di tengah padang pasir, ke luar negeri dan lainnya. Mereka mau jauh dari orang-orang yang dicintai.

Yang tidak harus pindah tempat pun, waktunya juga seakan habis untuk bekerja. Mereka harus berangkat saat pagi dan pulang sudah larut malam. Berjuang melawan kemacetan untuk sampai kantor. Di rumah mereka masih saja memikirkan pekerjaan. Bahkan masih bekerja dengan melakukan ‘remote’ menggunakan piranti canggih masa kini.

Kalau sudah begini, alangkah sayang kalau sudah mencurahkan banyak waktunya bekerja tapi tidak mempunyai filosofi bekerja yang baik. Padahal bekerja sudah menjadi bagian dari hidup. Seakan hidup hanya untuk bekerja. Padahal bekerja hanya untuk hidup kan?

Kerap kali bila saya ditanya hal ini, maka jawaban saya adalah ‘Kerja 4 As’. Kerja 4 As ini adalah singkatan dari kerja ikhlAs, tangkAs, cerdAs dan kerAs. Itulah filosofi bekerja saya.

1. Kerja Ikhlas
Urutan pertama yang melandasi saya bekerja adalah: ‘Kerja Ikhlas’. Ini yang penting. Ini seakan menjadi motor penggerak untuk bekerja. Orang mungkin bekerja karena uang, jabatan atau kekuasaan. Dan mereka dapat meraihnya.

Tapi saat meraihnya banyak mengalami kendala, motivasi seperti ini tidak membuat semangat yang terus menyala-nyala. Ini bisa kerap membuat frustasi, putus asa dan kosong. Dan saat sudah mendapatkannya, juga kerap mengalami rasa kosong. Padahal sudah mengorbankan segalanya.

Dengan kerja ikhlas, niat bekerja adalah ibadah. Semua diserahkan pada Tuhan. Dan berharap balasan hanya dari Tuhan. Dengan ini dia akan lebih menikmati pekerjaan. Tidak peduli hambatan dan balasan dari orang lain.

Motivasi seperti ini seakan menjadi mesin yang terus menyala-nyala. Tidak merasa lelah, tapi tetap dapat menikmati hidup. Membuat dirinya tetap berbahagis. Dan dampak lainnya adalah tetap meraih hasil lainnya seperti uang, jabatan atau kekuasaan. Ini tidak terkadi kalau niatnya dibalik.

2. Kerja Tangkas
Saat sudah memilih pekerjaan, harusnya terus meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, ketangkasan atau ‘skill’ terkait pekerjaannya. Seorang teman mengeluh bagaimana pembantu rumah tangganya meski sudah bertahun-tahun memasak tetap tidak enak.

Ini karena prinsip pembantu rumah tangga teman saya ini, memasak hanya bagian dari pekerjaan. Menyelesaikan pekerjaan. Harusnya dia banyak membaca resep di buku dan majalah, melihat tayangan memasak di TV, melakukan ekeperimen atau aktif di forum atau bertanya jawab dengan lainnya bagaimana meningkatkan kualitas masakannya.

Demikian juga orang bekerja. Harusnya banyak membaca buku atau majalah terkait pekerjaanya, belajar dari senior, belajar dari orang lain, ikut seminar/workshop bahkan kalau perlu ikut kursus atau kuliah lagi. Ini semua tujuannya untuk meningkatkan ketangkasannya saat bekerja. Kalau tangkas, dia bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, lebih bagus dan lebih banyak.

3. Kerja Cerdas
Saat pekerjaan menumpuk namun ‘resources’ (sumber daya) terbatas, maka saatnya bekerja dengan cerdas. Yakni bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Mau melakukan terobosan-terobosan, memanfaatkan piranti canggih dan mengajak tim yang solid. Dengan kerja cerdas, untuk mencapai sebuah hasil hanya sedikit mengeluarkan sumber daya yang dimiliki.

4. Kerja Keras
‘Last But Not At Least’ adalah kerja keras. Kerja keras tetap butuh. Tentu berbeda hasilnya bagi orang yang bekerja lebih keras, lebih lama dan lebih gigih. Hasil yang didapat pasti lebih banyak. Namun bekerja keras sekalipun tetap harus mengukur kemampuan tubuh. Tubuh tetap punya hak atas tubuhnya. Kerja keras terus menerus, kerja lembur terus menerus, dalam jangka panjang tidaklah baik. Yang baik adalah membagi waktu kita menjadi 3 sama porsinya. Satu untuk bekerja, satu untuk kepentingan diri dan orang lain serta satu untuk istirahat.

Bila kita sudah menggunakan filosofi tersebut, maka hidup kita lebih bermakna, lebih berbahagia namun tetap mencapai apa yang diinginkan (uang, kekuasaan dan karir). Semoga tulisan ini berguna. [TSA, 4/3/2014 subuh]

~~~
Kerja 4 As adalah serial tulisan berkaitan dengan dunia kerja, problematika kantor dan solusinya, tip & trik serta ke-SDM-an (Sumber Daya Manusia). Anda bisa membaca artikel Kerja 4 As lainnya di: http://EnerLife.web.id.

~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang II, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.

3 Comments - Leave a Comment
  • Brahm -

    Kurang, Pak. Seharusnya tambahi jadi 6 As. Dua as terakhir adalah BERINGAS, karena kita butuh sedikit agresif dalam menyongsong rezeki. Dan akhirnya, mau tak mau, LEMAS. Hehehe….

  • Pingback: Bagi orang yang sudah bekerja, waktunya | ..| Home of Mochamad Yusuf |..

  • Leave a Reply to BrahmCancel reply