Contact us now
+6289-774455-70

Rahasia Rejeki (52): Rahasia Rejeki Sederhana Tapi Berat?

(Masjid Muhajirin di Kompleks Balaikota Surabaya, ref rajaagam.files.wordpress.com)

Dia tak tahu, apakah karena aktivitasnya di masjid itu sehingga bisa seperti ini? Tapi yang jelas, ada perbedaan antara sewaktu di rumah sebelumnya dengan sekarang. Rejekinya sekarang lebih deras.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Seorang teman pernah bercerita sesuatu yang menarik. Saya sendiri menganggapnya sebagai bahan ngobrol saja. Namun setelah saya riset dan mulai menulis serial rahasia rejeki, cerita ini bukan sekedar bahan obrolan. Tapi rahasia rejeki lain yang sering diabaikan.

Sesuatu yang sederhana, tapi entah mengapa kita tak melakukannya. Padahal banyak sekali manfaat yang bisa dipetik dari hal itu. Kali ini kita hanya fokus pada hal yang berkaitan dengan rejeki.

Rumah teman saya dekat sekali dengan Musholla. Jaraknya hanya 3 rumah. Ya, sekitar 15 meteran. Memang bukan masjid yang besar, karena hanyalah di kampung.

Karena dekat dengan musholla, tentu saja kehidupannya banyak terkait dengan musholla ini. Ketika anak-anak, setiap sore dia belajar mengaji di sana. Mengaji ini dilakukan sampai maghrib. Setelah magrib, masih menunggu isyak. Setelah melakukan shalat isyak, barulah dia pulang untuk belajar.

Kegiatan akan menjadi ramai sewaktu Ramadhan. Sewaktu anak-anak, dia hanya shalat tarawih. Setelah remaja, dia ikut juga tadarus. Bahkan kadang tidur di musholla untuk shalat itikaf. Kesibukan ramadhan ini berakhir setelah shalat ied.

Tak hanya di bulan ramadhan saja, teman saya aktif. Saat memperingati hari-hari besar, musholla juga ramai. Teman saya sering didapuk menjadi panitia. Bahkan sempat menjadi ketua remaja masjid. Yang jelas, hatinya selain di rumah juga ada di musholla.

Sewaktu menikah, dia hidup mandiri. Dia beli rumah di sebuah perumahan pinggiran kota. Tidak seperti di kampung sewaktu tinggal bersama orang tuanya, perumahannya tak ada musholla. Yang ada adalah masjid lumayan besar tapi ada di kampung dekat perumahan. Jaraknya sekitar 2 km-an.

Sejak itu, dia merasa kosong. Hampa. Memang kehidupannya sekarang sudah dipenuhi dengan aktivitas kerja. Apalagi anak-anaknya sudah lahir. Sekarang tentu saja kegiatannya ditambah dengan bercengkerama dengan keluarga.

Ya, kegiatannya sudah cukup padat. Tapi saat-saat tertentu dia merasa hampa. Ada yang kurang dalam hidupnya. Entah apa ya,.. Tapi satu hal, dia merasa rejekinya tak begitu deras mengalir sewaktu masih bujang. Yakni saat sudah bekerja, namun masih tinggal di rumah orang tua.

Dia mulai berpikir, apa ini karena dia sudah jarang berkunjung ke masjid? Ya, dia memang sudah jarang ke masjid, kecuali saat-saat tertentu, misal: shalat jumat dan ied.

Suatu ketika dia mengutarakan permasalahan ini ke istrinya. Dan dia punya ide untuk menjual rumahnya sekarang dan membeli rumah yang dekat masjid. Syukurlah istrinya setuju dengan ide ini.

Mulailah dia mencari rumah. Dia tak mencari rumah di perumahan baru, karena sering kali belum ada masjid. Akhirnya dia menemukan sebuah rumah dijual di perumahan yang sekota dengan orang tuanya. Rumah ini berdekatan dengan masjid perumahan. Malah sangat dekat sekali. Pintu rumahnya berhadapan dengan pintu gerbang masjid.

Akhirnya dia pindah ke rumah ini. Setelah tinggal di rumah baru ini, mulailah kehidupan dia dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masjid. Shalat isyak kalau sempat, dia akan berjamaah. Karena pulang kerja kadang sudah melewati jam isyak. Tapi yang jelas, shalat subuh dia lakukan berjamaah di masjid.

Di masjid itu dia seperti menemukan dunianya. Dia aktifkan kepengurusan dan mulai meramaikan masjid. Karena keaktifannya ini dia menjadi ketua takmir. Dia mencoba menjadikan masjid ini seperti musholla waktu anak-anak. Tentu saja bisa lebih ramai, karena relatif dana lebih banyak.

Sejak di rumah baru itu, hidupnya merasa damai. Tak sekedar kosong, tapi dia merasakan sekali nikmatnya hidup. Tapi yang jelas, rejekinya mulai mengalir deras. Bahkan usaha sampingan yang dia lakukan sangat menguntungkan. Sehingga sampai mengundurkan diri dari pekerjaannya sekarang, dan fokus pada usahanya.

Dia tak tahu, apakah karena aktivitasnya di masjid itu sehingga bisa seperti ini? Tapi yang jelas, ada perbedaan antara sewaktu di rumah sebelumnya dengan sekarang.

Bisa saja asumsi teman saya benar. Karena tanpa sengaja saya menemukan sebuah hadits yang berkaitan dengan ini.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“Tiga orang akan dijamin oleh Allah. Jika ia hidup, Allah akan mencukupkan kebutuhan dan rezekinya. Dan jika meninggal, dia akan memasukkan ke dalam surga. ..Kedua, orang yang pergi menuju masjid, ia berada dalam jaminan Allah.”

Ternyata sederhana ya? Namun begitu sederhananya, kita sering mengabaikannya. Sebenarnya itu tergantung pada niat. Karena masjid itu sudah ada dimana-mana. Di kampung, perumahan, desa atau kota. Masalahnya dia mau melakukan atau tidak. [TSA, 13/04/2011 subuh]

Artikel ini bagian dari buku yang saya rencanakan untuk terbit. Rencananya ada 99 artikel yang berkaitan dengan rahasia rejeki. Untuk seri 1 sampai 10, anda bisa membaca secara lengkap di sini. Setelah seri itu, tak ditampilkan secara lengkap. Namun setiap kelipatan seri 5, akan ditampilkan secara lengkap. Jadi pantau terus serial ‘Rahasia Rejeki’.

*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI di Enerlife Solusi Indonesia. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya atau di Facebooknya.

Leave a Reply