Contact us now
+6289-774455-70

Hoki Di Balik Sukses (1): Kisah Lintang dan Teman Kecil Saya

Mereka memiliki modal untuk sukses: gigih, kerja keras dan pintar. Seperti si Lintang bersekolah menempuh jarak 80 km. Tapi kenapa tak sukses? Buku-buku motivasi mungkin bingung menjelaskan hal ini.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Waktu masih kecil saya punya tetangga. Lebih tepatnya teman, karena belum menikah. Tapi jarak usianya cukup jauh dari saya. Ketika saya masih SD, dia mungkin sudah SMA. (Tapi saya tak ingat, apakah dia sekolah SMA atau tidak.) Tapi yang jelas, meski jarak usia kita jauh, saya cukup akrab dengannya.

Dia sebenarnya cukup cerdas. Dia memiliki keinginan untuk maju dan pintar. Sayang, sepertinya orang tuanya tak mendukung. Orang tuanya tak mau menyekolahkan tinggi. Bahkan dia dalam usia masih muda, mungkin SMP, sudah harus membantu orang tuanya bekerja. Orang tuanya membuka bengkel sepeda, termasuk menjual aksesoris dan suku cadang sepeda.

Meski begitu, karena adanya keinginan maju dan cerdas dia suka membaca. Apa saja dibacanya. Karena dia tak kaya, dia hanya bisa membeli buku dan majalah bekas. Tapi karena dia sudah memiliki uang sendiri, maka dia cukup rajin membeli barang bekas ini. Karena saya juga sama dengannya, suka membaca namun juga tak kaya, maka saya sering datang padanya untuk meminjam buku/majalahnya.

Waktu bertemu dengannya, kita sering berdiskusi tentang banyak hal. Entah itu sosial, politik, ekonomi dan lainnya. Kita suka membahas artikel yang ada di majalah pengetahuan populer dan berita foto. Apa namanya ya? Sigma atau apa begitu…

Saya sering memberi motivasi padanya. Bahkan saya katakan padanya penemu pesawat terbang adalah tukang bengkel sepeda. Jadi tak ada halangan meski tukang bengkel sepeda, bisa sukses.

Sejalan dengan berjalannya waktu, dia mulai mengubur impiannya untuk maju. Apalagi setelah dia mulai menikah. Dia tetap membeli buku/majalah, tapi tak banyak lagi. Saya juga sudah mulai sibuk dengan kegiatan saya, sejalan dengan semakin tingginya sekolah saya. Sehingga kita sudah mulai jarang bertemu.

Sekarang dia tetap masih di bengkel sepeda itu. Tapi bukti bahwa dia cerdas, menurun pada anaknya. Sekarang anaknya melanjutkan sampai perguruan tinggi. Bahkan berhasil masuk PTN favorit. Padahal di kampung sedikit anak yang bisa melanjutkan sekolah sampai tinggi. Sepertinya teman saya ini tak mau anaknya mengulang nasibnya, yakni putus sekolah. Meski cukup berat karena dia hanyalah tukang bengkel sepeda.

~~~
Cerita ini mirip dengan si Lintang, tokoh dalam cerita ‘Laskar Pelangi’. Dia cukup cerdas bahkan sangat cerdas. Sayang orang tuanya hanyalah seorang nelayan. Jarak yang sangat jauh tak menyurutkan langkahnya untuk sekolah dan belajar. Namun langkahnya ini terhenti ketika ayahnya tewas dalam berlayar. Dia tak sempat menyelesaikan sekolah. SD sekalipun.

Kelak setelah besar, dia hanyalah seorang sopir truk. Jadi ada kesamaan dengan tetangga saya, anaknya sama-sama cerdas.

Meski ini fiksi, cerita ini diangkat dari kejadian sebenarnya sang pengarang. Jadi mungkin saja benar, meski tentu saja ada beberapa hal yang didramatisir.

~~~
Mereka memiliki modal untuk sukses. Rajin, gigih, kerja keras, ulet dan pintar. Seperti si Lintang untuk ke sekolah harus menempuh jarak 80 km pulang-pergi. Tapi kenapa mereka tak sukses? Buku-buku motivasi mungkin bingung menjelaskan hal ini.

Mereka tak sukses karena tidak beruntung. Seandainya orang tuanya mendukung dan menyekolahkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, nasibnya mungkin lebih baik. Si Ikal, temannya Lintang yang tak terlalu pintar, akhirnya bisa sukses bahkan sekolah ke Perancis. Karena orang tuanya mendukung.

Tentu saja mereka tak bisa memilih orang tua. Mereka sudah ditakdirkan memiliki orang tua seperti itu. Mungkin itu terasa tak adil. Tapi saya kira Tuhan memiliki pertimbangan yang tepat untuk itu. Apakah itu? Entahlah, itu mungkin jadi rahasiaNya. Karena kita harus mempercayai adanya takdir ini.

Jadi sukses tak hanya sekedar rajin, ulet, giat, kerja keras, positive thinking dan lain-lain seperti dalam buku-buku motivasi, tapi harus didukung pula keberuntungan. Orang Cina mengatakan sebagai hoki.

Karena keberuntungan itu turun dari atas, sebuah karunia, yang hanya kita lakukan adalah berdoa. Mintalah kepada Tuhan agar sukses dan lancar dalam setiap melakukan kegiatan. Dan tetap berupaya semaksimal mungkin. [TSA, 28/7/2010 subuh]

~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI di SAM Design. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya atau di Facebooknya.

2 Comments - Leave a Comment

Leave a Reply